Apakah ingatanmu masih terpatri bahwa pertama kali menginjak bumi, kau tak lain hanyalah makhluk fana tak berdaya. Segenap kasih dan rengkuhan cinta mengantarmu sampai di sini. Mengurai takdir yang selamanya tercatat dalam sebuah kitab keabadian.
Engkau tak pernah benar-benar sendiri sekalipun kesepian akrab dengan hembus nafasmu. Lilin merah yang menyala lembut tak segan menjadi sahabat, menyadarkanmu dari serangkaian bahak yang khilaf terlontarkan. Cahayanya menghangatkan selaksa selimut yang berjodoh dengan gigil. Mengingatkanmu bahwa hakikat kita makhluk segumpal daging hanyalah individu. Yang hanya tetap satu meski berada di sejumlah tentu.
Seperti hari ini, bertambahnya usia bukan berarti segalanya. Bahwa kau masih bagian dari renik tak berarti tak sepenuhnya kau sadari. Setiap belokan yang kau hampiri dari rangkaian lurus jalan kehidupan telah mengajarkanmu akan nikmatnya tersungkur dan manisnya sebuah kemenangan hidup. Membawamu mengalami bahwa tak selamanya dosa membuatmu merasa tersiksa. Atau membuatmu menyadari bahwa menciptakan pahala tak semudah mengumpatkan sabda.
Sampai detik ini, engkau belum lelah berlari. Engkau adalah makhluk yang komplit terdefinisi. Sekalipun pandai berkelit, pemahamanmu yang baik akan pentingnya sebuah momentum membawamu untuk menciptakan serangkaian perayaan dan segenap pesta. Meski hambar kian terasa, kekeraskepalaanmu untuk memahami semua menjemputmu ke dalam arus absurditas. Kebinasaan tanpa makna. Menyeretmu ke dalam lingkaran setan bahwa setiap waktu patut diberi penanda.
Pengetahuan yang kau anggap mewah menuntunmu dalam kesadaran bahwa beberapa hal memang tak patut untuk diketahui sekalipun penting untuk diimani. Engkau percaya bahwa sakralnya panjat doa pukul 00.00 akan menghadiahimu semacam kemudahan yang akan kau terima sampai dirimu sadar bahwa tak ada sesuatu yang benar-benar berubah sampai pukul 00.00 hadir kembali ... setahun lagi.
Engkau lelah-lelah berencana dan menciptakan serangkaian resolusi. Walau prediksimu tak pernah terikuti evaluasi, kau tetap setia merangkainya. Bahwa 'sadar' yang kau harap, tak selamanya bersinergi dengan ambisi. Kehadiranmu memang selalu menyisakan cerita yang layak diapresiasi. Apakah untuk dipuji atau dicaci. Bahwa kebersamaan yang kita jalin sampai detik ini telah melahirkan sejuta pengalaman dan kenangan yang kokoh terpatri sampai suatu saat moksa ditelan masa.
Aku mengajakmu ke sini. Menikmati setiap detik yang selalu terburu-buru berlari. Bahwa hari ini, segenap bumi tunduk di sini, menghikmati hari istimewa dengan taburan dan panjatan doa mantra. Kau saksikan aneka warna celupan manusia. Yang bernorma dan beragama, begitu juga yang bermuka dua. Semua hadir dan berkumpul di sini. Menyemarakkan hari yang tak benar-benar layak untuk dirayakan. Aku ingin mengabadikan detik ini untukmu dan (terutama) untukku sendiri. Karena detik ini, sekalipun tak banyak berarti, takkan sanggup kita hadirkan kembali.
Lilin merah yang menyala sedari tadi menghangatkan momen ini, berangsur-angsur mulai padam. Menyisakan asap hitam yang menghapus jernihnya hening. Teruslah berjanji membuat jalan ini makin berarti. Karena HIDUP yang kita lalui benar-benar layak untuk kita 'hidupi'. Karena angan yang hinggap dalam benak sangat mumpuni untuk diperjuangkan. Karena semangat yang hendak surut sudah haus untuk dinyalakan kembali. Melalui ingatan tentang hari ini. Hari penting bagi kita. Hari istimewa bagi seluruh dunia. Hari peringatan kedatangan kita ke alam fana. Mengikuti jejak-jejak Adam dan Hawa.
Selamat menikmati. Selamat menghikmati. Selamat mengalami.
'Selamat Ulang Tahun'
Untukku
Untukmu
Untuk kita
Cheers!!!
'Selamat Ulang Tahun'
Untukku
Untukmu
Untuk kita
Cheers!!!
Gambar dipinjam dari sini dan dari sini.
No comments:
Post a Comment