Thursday, January 14, 2010

Plastik dan Sebuah Dilema Kehidupan

Sebuah dilema besar untuk menulis catatan ini. Pertama karena saya masih (sedikit) tergantung dengan plastik. Kedua, sepertinya saya mengalami kesulitan untuk menghilangkan ketergantungan tersebut walaupun selalu berusaha untuk menguranginya. Tapi karena menurut saya isu ini penting untuk ditulis, jadi tetap saja saya semangat untuk menulisnya.

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau plastik sudah menjadi teman akrab bagi kita semua. Hampir semua kegiatan yang kita lakukan dalam kehidupan ini bersentuhan dengan yang namanya plastik. Hal tersebut sangat terasa sekali bagi orang-orang yang hidup di lingkungan perkotaan.

Bagaimana tidak, tiap kali belanja ke supermarket, plastik adalah sarana yang ampuh walau hanya untuk memindahkan barang dari troli menuju bagasi mobil. Coba Anda bayangkan sejenak. Benarkah hal itu terjadi pada kehidupan Anda? Apakah Anda juga melakukannya?

Plastik bagi sebagian kalangan merupakan benda yang sangat bermanfaat. Namun di sisi yang lain, penggunaannya yang berlebihan justru akan mendatangkan masalah baru dalam kesehatan lingkungan. Berapa banyak plastik yang Anda gunakan setiap hari? Jika Anda masih dalam status mahasiswa atau pelajar yang kebetulan tinggal di kos-kosan dan selalu makan di warung, tak jarang yang memilih untuk membungkusnya selalu menggunakan plastik. Jika jumlah makannya sebanyak tiga kali sehari, maka dalam sebulan ada sekitar 90 bungkus plastik yang berpotensi menjadi sampah untuk satu orang yang menggunakannya. Jika dalam suatu komunitas ada 100 orang saja yang makan di warung dan selalu membungkusnya dengan plastik, silakan Anda hitung sendiri dampak sampah plastik yang akan dihasilkan? Jumlah tersebut terus meningkat seiring dengan bertambahnya konsumen plastik.

Di lain tempat, misalnya di supermarket, kita akan mendapati para pelayan yang sudah terampilnya mengangsurkan barang-barang belanjaan kita dalam sebuah kantong-kantong plastik. Mereka dengan cekatan membuat belanjaan kita masuk dalam wadah yang tidak kita sadari dapat berpotensi menjadi polutan lingkungan. Dan anehnya, mereka tidak menanyakan apakah ingin membungkusnya dengan kardus atau tidak. Memang hal ini menjadi dilema tersendiri. Pertama karena tidak ingin ribet. Antrian sudah menunggu, jadi diperlukan kepraktisan dalam hal pelayanan. Yang kedua adalah sarana promosi. Plastik belanjaan merupakan sarana promosi yang ampuh terhadap suatu produk agar mudah dikenali masyarakat. Logo yang tertempel di kantong plastik mempunyai daya untuk mendorong masyarakat memiliki hal yang serupa. Yang lebih parah lagi dari keanehan di atas adalah bagaimana mungkin para pelayan tersebut tidak mengisi kantong-kantong plastik tersebut dengan penuh. Baru mengisi dengan beberapa barang sudah mengambil kantong plastik baru untuk mewadahi barang lainnya. Selain itu, ada pula pemisahan untuk barang-barang konsumsi dengan barang-barang perlengkapan mandi sehingga perlu plastik lagi untuk membungkusnya. Percayalah, selama isi dari barang tersebut masih berada dalam kemasannya yang rapat, tidak akan ada kontaminasi antara barang yang satu dengan barang lain yang dimasukkan dalam satu kantong plastik. Jadi mencobalah untuk berpikir bijaksana.

Plastik memang kadang kala cantik dipandang dan praktis dalam penggunaannya. Namun, dalam skala besar plastik juga mampu menjadi bumerang bagi kesehatan lingkungan karena plastik merupakan bahan yang sulit untuk diuraikan oleh tanah. Sudah banyak contoh yang terjadi di sekeliling kita berkaitan dengan kejahatan terselubung dari manisnya sebuah kantong plastik. Tentu kita masih ingat dengan jelas bahwa kota Bandung yang sering kita kenal sebagai kota kembang tiba-tiba saja berubah menjadi kota sampah. Dan di antara sampah yang menghiasi kota Bandung tersebut paling banyak adalah sampah plastik. Jadi istilah Bandung sebagai kota kembang bisa jadi dipelesetkan menjadi kota kembang plastik. Miris bukan?

Belum lagi kalau kita lihat acara banjir tahunan yang melanda kawasan Jakarta akibat tidak terawatnya daerah sepanjang aliran sungai Ciliwung. Kalau kita lihat lebih seksama, komposisi sampah plastik menempati urutan teratas dalam hal jumlahnya. Belum lagi jumlah sampah yang menggunung di Bandar Gebang, Bekasi. Banyak sekali sampah plastik menumpuk dan menyajikan pemandangan yang sangat tidak sedap dipandang.

Sampah plastik memang merupakan sebuah dilema. Di satu sisi sangat dibutuhkan, tapi disisi lain melahirkan PR yang harus dicari solusi pemecahan masalahnya. Walaupun begitu ada langkah-langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk meminimalisasi penggunaan kantong plastik.

Pertama, jika akan berbelanja, perkirakan jumlah barang belanjaan Anda. Jika sekiranya jumlahnya banyak lebih baik meminta untuk membungkusnya dengan kardus. Beberapa supermarket sudah memberikan fasilitas bungkus kardus ini. Jika jumlah belanjaannya sedikit lebih baik membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah yang bukan sekali pakai. Jika terpaksa harus memakai kantong plastik, usahakan kantong plastik tersebut digunakan dengan maksimal artinya satu kantong plastik diisi dengan bermacam barang sesuai dengan daya tampung dan kekuatan plastik.

Kedua, menggunakan plastik dengan seperlunya. Maksudnya, jika sesuatu bisa dibawa tanpa perlu dibungkus dengan plastik, lebih baik dibawa saja tanpa pembungkus plastik. Hal ini bisa kita temui saat belanja buku. Beberapa toko buku sudah mulai sadar jika ada pembeli yang menolak menggunakan kantong plastik. Sebagai alternatif mereka akan memberikan stempel toko pada barcode yang tertempel di bagian sampul buku untuk menandai bahwa buku tersebut telah dibayar lunas.

Ketiga, bagi pelajar, mahasiswa, atau siapa saja yang hidup di kos-kosan dan selalu makan di luar, sebaiknya makan di tempat saja. Selama tempat makan yang kita kunjungi cukup memenuhi sanitasi yang layak, saya kira aman-aman saja untuk bersantap di tempat makan. Kalaupun perlu dibungkus, cobalah untuk membungkusnya rame-rame baik dengan teman atau bisa juga digabung dengan belanjaan yang lain.

Keempat, menyimpan kantong-kantong plastik yang belum dipakai dan masih layak pakai dan mencoba untuk menggunakannya dengan bijaksana. Usahakan untuk memilih kantong plastik sebagai pilihan terakhir untuk membungkus barang. Selama masih bisa dibungkus dengan kertas, lebih baik dibungkus dengan kertas saja.

Kelima, pisahkan sampah plastik dengan sampah yang bisa didaur ulang. Beberapa tempat sampah sudah mengaturnya dengan menyediakan tempat secara terpisah. Jika belum tersedia di tempat Anda, silakan berinisiatif untuk memisahkannya supaya petugas sampah lebih mudah dalam memisahkannya.

Keenam, yang ini yang masih menjadi dilema buat saya, untuk membungkus sampah di tempat sampah (sebagai wadah di tempat sampah) gunakan dahulu kertas yang agak tebal sebagai alasnya. Tapi sampai saat ini, saya masih belum menemukan media yang cocok untuk membungkus sampah di tampat sampah sehingga masih menggunakan kantong plastik sebagai alasnya. Jika kebetulan Anda tidak sengaja berada dan sempat-sempatnya membaca tulisan ini, silakan berbagi pengalaman dengan mempostingnya di kolom komentar.

Plastik memang bermanfaat. Namun, jika kita tidak bijaksana dalam memanfaatkannya justru akan membawa kita dalam dunia yang penuh plastik. Jika penggunaan plastik tidak terkontrol, sementara produksi plastik kian meningkat, bukan tidak mungkin suatu saat dunia ini akan tertimbun oleh gunungan sampah plastik. Bukankah itu sebuah mimpi buruk? Maka dari itu, sebelum menjadi mimpi buruk, mari kita bangun mimpi yang lebih indah dengan sedikit peduli pada lingkungan sekitar kita. Pada bumi tempat kita berpijak. Salam lestari. ;=)

Gambar dipinjam dari sini.

6 comments:

  1. @ Puguh : hehehe yah trial and error aja ni, biar agak semangat kalau mau nulis hehehe ;=)

    ReplyDelete
  2. sulit nyari ganti mas, kalau satu dua yg ganti juga bingung mungkin butuh gerakan nasional...

    ReplyDelete
  3. @ Mbah Jiwo : mungkin sampai saat ini masih sulit untuk mencari media yang tepat, tapi ada, cuma belum memasyarakat saja. It's only a matter of time to make it happen.
    Poin terpentingnya, kita mulai mengurangi saja dulu penggunaan kantong plastik melalui cara-cara sederhana seperti saya tulis di atas.
    Keep writing n go green ;=)

    ReplyDelete
  4. Saya siy kalau beli sesuatu kalau bisa dibawa ga pake kantong plastik mending minta ga dibungkus ma kantong plastik. Yang susahnya ga semua orang sepikiran, apa-2 selalu dibungkus ma kantong plastik. . . . kayak kalau pergi ke pasar tradisional, tiap item belanjaan pasti di kresek'i, duh kalau belanja sepuluh item berarti sepuluh kantong palstik dunk ya?

    Emang repot . . . btw tulisannya bagus Mas :)

    ReplyDelete
  5. @ Roqwez : saya yakin populasi orang yang sadar lingkungan seperti kamu akan semakin meningkat jumlahnya. jadi tetap semangat untuk selalu peduli dan berbagi pengetahuan dengan kerabat dan teman di komunitas kamu.

    terima kasih untuk apresiasinya. keep writing n go green. cheers ;=)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...