Wednesday, December 23, 2009

Skenario Go Green untuk Mereka yang Teen

Satu lagi buku menarik untuk remaja hadir dari buah kreativitas Sitta Karina. Buku berjudul Skenario Dunia Hijau dan cerita-cerita lain ini berisi kompilasi cerpen-cerpen Sitta Karina yang dimuat dalam majalah remaja CosmoGirl. Seperti cerita-cerita Sitta sebelumnya, buku yang terdiri atas 208 halaman yang di dalamnya terkumpul 20 cerita pendek ini masih menghadirkan nuansa remaja dengan gaya hidupnya yang serba teen.

Sitta Karina sebagai penulis buku-buku teenlit, masih konsisten dengan gaya penceritaannya yang renyah, bahasa ringan sehingga mudah dimengerti, dan pesan moral yang senantiasa diselipkan di antara kisah-kisahnya yang menarik. Sitta piawai dalam bertutur, mencampurkan antara bahasa Indonesia baku, bahasa Indonesia gaul, dan tentu saja bahasa Inggris tanpa ada kesan yang dipaksakan penempatan kata atau kalimatnya. Ia selalu membuat tokoh-tokoh dan ceritanya merupakan campuran antara modernitas dan lokalitas. Antara yang gaul namun masih mematuhi kaidah-kaidah atau norma dalam masyarakat. Antara gaya yang 'barat' dan keinginan untuk menjadi 'timur'. Intinya Sitta mengajak remaja-remaja Indonesia untuk think globaly and act localy.

Hal-hal tersebut, yang mungkin menjadi ciri khas Sitta dalam menulis cerita-ceritta teenlit, tampak dalam pembuatan nama tokoh seperti Ramakrisna Syadiran, Lira Adinegoro, Heidi Suranto, dan lain-lain. Nama-nama di atas merupakan gabungan antara nama-nama remaja-remaja modern masa kini yang dipadukan dengan nama-nama keluarga Jawa yang memberi kesan urban, timur, dan lokal. Melalui kisahnya, Sitta ingin menunjukkan bahwa menjadi pribadi modern tidak harus segalanya serba kota, berpandangan barat, atau malah mengadopsi nama dan nilai yang kebarat-baratan. Bahwa yang terpenting dari semuanya adalah membuat diri pribadi berkembang sesuai dengan perubahan zaman tanpa harus larut dalam arus globalisasi yang mendorong ke arah negatif dan bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Satu hal yang menjadi catatan menarik untuk buku ini adalah adanya tiga cerita inspiratif yang ikut hadir melengkapi buku ini dan membahas isu yang sangat hangat dibicarakan di seluruh dunia. Isu utama tersebut adalah mengenai global warming. Seperti kita ketahui bahwa suhu bumi telah meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir akibat dampak emisi karbon. Maka dari itu, perlu ada usaha berkesinambungan untuk secara sadar membawa pola pikir masyarakat ke arah penanggulangan percepatan kenaikan suhu udara bumi tersebut. Perlu ada upaya nyata dan peran aktif dari masyarakat untuk berperilaku dan mempunyai gaya hidup yang green. Tak terkecuali para remaja.

Melalui cerita pendek yang berjudul Skenario Dunia Hijau, for-REAL, dan Hujan Terakhir, kita diajak untuk kembali merenungkan bahwa dibalik kehidupan remaja yang ceria dan penuh gejolak asmara, selalu saja ada celah yang dapat diambil untuk ikut serta membuat bumi semakin hijau dengan berperilaku dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari yang dijalaninya. Tips-tips seperti tidak merokok, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan kertas daur ulang sebagai bungkus belanjaan dan mengurangi penggunaan tas plastik, jalan kaki, sampai dengan pemilihan baju untuk fashion show yang berbahan dasar organic cotton yang lebih ramah lingkungan, hadir sebagai sebuah kampanye hidup sehat dan dapat dijadikan semacam green guide bagi remaja. Efeknya, selain para remaja tahu akan pentingnya isu tersebut, juga membuat mereka sadar bahwa kepedulian mereka untuk alam lingkungan berdampak besar bagi kelangsungan hidup umat manusia. Diharapkan remaja juga mampu menjadi semacam pelopor yang dapat memberikan penerangan dan ujung tombak bagi kesadaran masyarakat akan pentingnya peduli pada lingkungan. Para remaja dapat menularkan kebiasaan baiknya untuk bergaya hidup yang lebih hijau kepada masyarakat melalui lingkup keluarga, obrolan dengan teman sebaya, maupun dalam komunitas diskusi lintas usia.

Dalam buku ini pun tidak melulu bercerita tentang tema lingkungan dan global warming. Tema cinta dan persahabatan tetap menjadi topik dominan dalam cerita-ceritanya. Kisah-kisah patah hati, sibuk dengan urusan sekolah, persaingan memperebutkan pacar, hubungan orang tua-anak, dan kisah-kisah lainnya seperti umumnya terjadi pada usia pubertas bertaburan dalam buku ini. Remaja yang memang menjadi pangsa pasar untuk buku-buku teenlit diajak untuk berpikir ulang, menata pola pikir dan pola sikap, serta mengadopsi nilai-nilai positif dari efek globalisasi tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang berkepribadian luhur. Mendorong untuk berpikiran modern tanpa menghilangkan nuansa lokal dalam setiap kehidupan yang dijalani. Intinya, buku ini bukan hanya untuk hiburan tapi juga dapat digunakan sebagai sarana kampanye perubahan pola pikir bagi remaja. Setidaknya dapat mendorong remaja untuk lebih peduli kepada lingkungan. Baik lingkungan kehidupannya sebagai pribadi makhluk sosial maupun lingkungan alam tempat dirinya berpijak.

Cover buku dipinjam dari sini.

6 comments:

  1. Remaja adalah mereka yg nanti mewarisi bumi ini.

    ReplyDelete
  2. @ Nurrahman : terima kasih untuk ucapannya ;=)

    @ Nanang : terima kasih atas atensinya ;=)

    @ Puguh : untuk itulah dibagi sedikit pemikirannya di sini. Thanks udah berkunjung dan meluangkan waktu untuk membacanya. ;=)

    ReplyDelete
  3. Terima kasih untuk ulasannya yang membuat saya semakin senang berkecimpung dalam kisah remaja. Pengalaman seru masa muda dapat diceritakan kembali walau si pelakon sudah tidak lagi muda. Disitulah seninya menulis cerita remaja, atau ngetren dengan sebutan "teenlit". Saya bangga jadi penulis teenlit--dan kamu ikut menyumbangkan rasa itu juga ;)

    ReplyDelete
  4. ono2 wae si adie kipli ki... g ono gawean po nyang kantor? hehehe... pisss

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...