Beberapa hari ini saya membaca ulang buku karangan Dewi ‘Dee’ Lestari yang berjudul Supernova: Akar. Buku tersebut memang menarik, tulisan dengan gaya bahasa yang ‘khas’ Dewi. Tapi dalam beberapa bagian, saya justru agak dipusingkan dengan ajaran agama Budha yang sepertinya seperti benang ruwet. Entah mungkin karena dari awal, bagi saya pribadi, agama yang paling rasional dan bisa diterima dengan akal sehat mulai dari Tuhannya sampai dengan utusannya adalah agama Islam, saya menganggap bahwa agama Budha justru memberikan belenggu bagi pemeluknya untuk menjalani kehidupan.
Dan konsep yang sulit saya terima saat ini adalah masalah Kesejatian. Sampai saat ini saya masih belum jelas benar apa inti atau makna dari kata tersebut. Dalam beberapa literatur yang sudah saya baca, hanya menjelaskan bahwa seseorang yang sudah menemukan kesejatian adalah manusia yang mampu melepaskan diri dari siklus kehidupan. Ia tidak lagi terperangkap dalam suatu perputaran roda kehidupan. Tapi bagaimana bisa?
Satu kosep yang sudah jelas tentang mengapa seseorang memeluk suatu agama tertentu adalah karena iman. Bukan karena ia mengalami. Susah sekali kalau kita harus mengalami baru akhirnya menjadi iman. Karena bagi saya, iman itulah yang akan membimbing kita ke arah pengalaman spiritual. Mengalami. Saya pecaya bahwa tuhan itu ada tanpa saya harus tahu bahwa tuhan itu ada. Maksudnya, dengan demikian bahwa keilahian Tuhan itu akan semakin jelas ketika kita menempatkannya dalam suatu dimensi yang jauh lebih tinggi dari kita, makhluknya. Dan saya kira, pikiran yang paling logis akan setuju apabila saya mengatakan bahwa Tuhan itu harus berbeda dengan makhluk ciptaanNya.
Kembali ke konsep yang di sebut kesejatian tadi, entah suatu saat nanti mungkin saya akan mengetahuinya. Mungkin kesejatian adalah suatu pengalaman batin yang didapatkan seseorang ketika dia berada pada posisi di mana Tuhan sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa Dia ada. Mungkin. Itu hanya definisi saya. Masih sangat hipotetif. Atau bisa jadi kesejatian adalah suatu keadaan di mana kita telah menemukan jati diri atau hakikat hidup sebagai seorang manusia setelah mengalami suatu pengalaman spiritual yang akhirnya mampu memberikan petunjuk atau semacam kompas yang menunjukkan arah hidup yang harus kita tempuh untuk mencapai apa yang menjadi obsesi diri kita yang paling dalam.
Sungguh aneh memang kalau membicarakan topik yang satu ini. Terlalu absurb. Seperti memasuki arena bayang-bayang. Abu-abu. Entah karena memang saya tidak mengimani ajaran tersebut maka saya tidak kunjung menemukan apa yang disebut Kesejatian menurut definisi mereka. Atau mungkin saya sudah mengalami apa yang disebut Kesejatian tadi tanpa saya harus berpusing ria mendefinisikannya atau malah repot-repot memberi nama. Karena satu hal yang saya tahu, bahwa ketika kita berhubungan dengan Tuhan, saya hanya bisa mengatakan bahwa Keindahan Tuhan tak terbahasakan oleh makhluk ciptaanNya. Itu saja.
[paling rasional dan bisa diterima dengan akal sehat] mengutip kalimat tersebut, aku punya pendapat adie, bagiku agama itu organisasinya, iman bagai jalan menuju "Khalik" dimana membutuhkan pengalaman bersifat sangat personal yang pasti unik dan bisa berbeda dengan orang lain bahkan yang se-agama sekalipun...
Aku pernah dapat pemahaman bahwa Tuhan itu transrasional artinya jauh melebihi akal dan rasionalitas manusia. Tuhan yang Maha, dan manusia yang sempit dan terbatas, jadi bagai ingin memasukkan air se-samudera kedalam gelas (pikiran kita)...
It will never happen, until God come inside us and comunicate the way ...
Memorabilia Maria
-
.: Tengara *Maria* ππΏ :.
Saat masih SD, saya mengenal sosok *Bunda Maria* hanya dari figur yang
terdapat di altar dalam rumah kawan saya yang *Katolik*...
[paling rasional dan bisa diterima dengan akal sehat]
ReplyDeletemengutip kalimat tersebut, aku punya pendapat adie, bagiku agama itu organisasinya, iman bagai jalan menuju "Khalik" dimana membutuhkan pengalaman bersifat sangat personal yang pasti unik dan bisa berbeda dengan orang lain bahkan yang se-agama sekalipun...
Aku pernah dapat pemahaman bahwa Tuhan itu transrasional artinya jauh melebihi akal dan rasionalitas manusia. Tuhan yang Maha, dan manusia yang sempit dan terbatas, jadi bagai ingin memasukkan air se-samudera kedalam gelas (pikiran kita)...
It will never happen, until God come inside us and comunicate the way ...
Jadi selamat ber-Tuhan dengan baik dan antusias.
Salam damai
Rio, =)