Tuesday, January 13, 2009

Ramalan

Tahun baru telah tiba. Harapan baru telah terpampang di depan mata. Tantangan pun telah tegak berdiri untuk menguji ketangguhan mereka yang berani HIDUP. Mengawali tahun baru ini, terompet membahana di seantero negeri dan kembang api memercik menghiasi angkasa. Kalaidoskop akhir tahun disiarkan untuk merefleksi kejadian yang telah menjadi sejarah kehidupan. Resolusi, doa, dan harapan diikrarkan. Dan yang tak kalah ketinggalan, ramalan (seolah-olah) diperlukan untuk menatap hari depan.

Beberapa stasiun televisi dengan berbagai macam programnya berlomba-lomba untuk menayangkan acara ramalan yang isinya memprediksi tentang kehidupan di tahun yang baru ini. Memang acara tersebut begitu menarik dan tentu saja sedikit menakutkan. Menafsirkan segala sesuatu yang penuh ketidakpastian sangat sulit dipahami dan dilakukan. Dan mengetahui suatu misteri terselubung kabut kehidupan sebelum tiba waktunya sama saja dengan menghitung anak ayam dari telur yang belum menetas.

Pada dasarnya, saya tidak begitu percaya dengan ramalan. Akan tetapi, saya percaya pada konsep fatalisme yaitu suatu kepercayaan yang menyebutkan bahwa apapun yang terjadi di dunia ini telah ditentukan. Segalanya telah tercatat dalam sebuah kitab agung Lauful Mahfuz.

Memang, lahir, jodoh, rezeki, dan mati telah ditentukan. Namun bukan berarti hal-hal tersebut tidak dapat berubah. Allah berfirman bahwa 'Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai manusia tersebut yang mengubah nasibnya sendiri' (QS. Ar-Ra'du ayat 11). Jadi sebenarnya manusia dapat menentukan nasibnya sendiri. Karena tak seorangpun tahu akan rahasia takdir Tuhan, tidakkah lebih baik bagi kita untuk mengukir setiap detik dari kontrak waktu yang kita miliki untuk membangun takdir hidup paling baik yang kita inginkan.

Membaca (Ramalan)

Banyak orang percaya bahwa nasib seseorang dapat dibaca melalui kartu, rajah tangan, atau pergerakan bintang. Karena tak setiap orang membawa atau mempunyai kartu, tak setiap saat bintang dapat kita lihat dengan jelas, maka rajah tangan merupakan hal yang (hampir) semua orang memilikinya. Berkaitan dengan rajah tangan, jika seseorang ingin tahu nasibnya, bukankah tinggal membaca telapak tangannya sendiri. Hal itu mudah dilakukan karena tangan adalah bagian tubuh yang selalu melekat di manapun manusia tersebut berada. Jika telapak tangan dapat dibaca, berarti tidak menutup kemungkinan kalau informasi dalam tangan kita dicontek oleh orang lain.

Karena tidak setiap orang mengerti bahasa garis tangan, maka tidak sedikit pula yang tidak memahami arah hidupnya. Permasalahannya di sini adalah tentang keterbacaan. Membaca. Memahami. Bukankah sudah jelas bahwa perintah pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah tentang membaca. Iqra'. Bacalah. Begitu pentingnya hakikat kemampuan baca tulis ini karena kegiatan tersebut dapat mengangkat menara pikiran dan akal serta membuka pintu budaya.

Jika seseorang menganggap penting kedua kegiatan kebahasaan tersebut, bukan hal yang mustahil orang tersebut mampu membaca misteri alam semesta melalui pertanda yang dikirimkannya. Dengan begitu, seseorang akan mampu membuat prediksi, membuat analisis, meneliti untuk membuktikan secara empiris tentang suatu hal. Saya yakin hari depan yang gilang gemilang akan bersemayam dalam genggaman ketika hakikat filosofis dari ilmu pengetahuan berhasil dipahami.

Antara Nasib dan Takdir

Lalu, mengapa ada orang yang nasibnya seperti itu-itu saja, masih miskin dan tidak kaya-kaya? Jawabannya tentu saja bukan karena mereka tidak mengirim pesan pendek yang isinya REG PRIMBON atau REG MANJUR, namun karena orang tersebut telah berlama-lama menjadi nyaman dan berdamai dengan keadaan tersebut. Berapa banyak orang bermalas-malasan di saat sebenarnya dia harus bekerja? Berapa banyak orang menunda keberhasilan karena takut memulai? Dan berapa banyak orang akhirnya hidup tidak nyaman karena pikirannya terlalu fokus dengan ramalan paranormal yang memprediksi ketidakberhasilannya dalam kehidupan?

Apa yang kita lakukan merupakan produk dari alam pikiran. Ketika pikiran kita memikirkan sesuatu tentang kebahagiaan, kesuksesan, kesehatan, dan keberlimpahan, maka segala aktivitas kita akan senantiasa didorong untuk mencapai hal-hal tersebut. Sebaliknya jika pikiran kita dipenuhi oleh pikiran tentang kejahatan, kemiskinan, penyakit, dan segala pikiran negatif lainnya, pola kehidupan kita juga akan teraktivasi untuk mengarah ke sana.

Rahasia terbaik untuk membangun nasib baik, entah Anda percaya ramalan atau tidak, apakah ramalan untuk Anda menyenangkan atau mengganggu pikiran, sematkanlah dalam benak Anda pikiran-pikiran positif yang mampu mendorong aktivitas dan pola kehidupan ke arah kemuliaan pikiran, kesuksesan indrawi, dan keberkahan rohani. Jika segala upaya telah Anda lakukan namun rasanya takdir dan nasib belum tersenyum kepada Anda, mulailah untuk belajar menerima dan berlapang dada dengan kebesaran hati yang penuh kesabaran. Karena seperti kata orang bijak yang sering kita dengar bahwa "Hidup itu seperti diperkosa, kalau kau tak mampu melawannya, maka cobalah untuk menikmatinya."

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...