Friday, January 09, 2009

Kelaziman ataukah Kezaliman

Liburan Natal dan Tahun Baru telah usai. Banyak harapan ditambatkan di tahun yang baru ini. Namun banyak pula kenangan yang tersemat di dalam benak terkait masa yang baru saja ditinggalkan. Terinspirasi oleh film 3 hari untuk selamanya karya Riri Riza, saya mengiyakan ajakan seorang teman untuk pulang dengan mengendarai mobil. Rabu, 24 Desember 2008, jam 11.30 WIB, kami meninggalkan kota Jakarta menuju Nganjuk, Jawa Timur.

Pemeran Yusuf dalam film 3 hari untuk selamanya ;=P

Dalam angan-angan saya, perjalanan ini akan menjadi sebuah perjalanan bermakna, penuh kebebasan, dan menjadi pengalaman yang mengesankan. Karena meninggalkan Jakarta sebelum jam bedol kota dimulai, alhasil kemacetan lalu lintas tak pernah menyapa kami selama perjalanan.

Akan tetapi, perjalanan yang menyenangkan tersebut beberapa kali diinterupsi dengan adanya kehadiran polisi-polisi lalu lintas yang menurut iklannya di televisi adalah 'melayani dan mengabdi' kepada masyarakat.

Pertama kali diberhentikan di ruas jalan tol Jakarta Utara. Dengan dalih plat nomor mobil yang kami tumpangi tidak sesuai dengan aturan berkendaraan, polisi-polisi itu berusaha untuk menilang kami. Dengan berbagai alasan kami mencoba berdalih bahwa kami memang benar. Namun, karena teman saya enggan menemui keribetan birokrasi tilang-menilang dengan polisi, akhirnya selesailah permasalahan tersebut dengan senyuman Proklamator kita. Perjalanan kembali lancar. Yang kedua adalah di daerah Ngawi. Kami diberhentikan sekawanan polisi karena dianggap melanggar rambu-rambu lalu lintas. Padahal tak sedikitpun kami merasa melanggar. Jelas ini mengada-ada.

Sifat mengada-ada dan mencari-cari kesalahan seperti inilah yang membuat saya tidak nyaman. Apa sih sebenarnya motifnya? Kalau dipikir-pikir, setiap ada liburan panjang, baik libur sekolah, libur hari besar, maupun ada momen-momen keramaian, selalu saja ada oknum polisi yang mencari uang jajan tambahan.

Pengalaman serupa juga pernah saya alami saat masih SLTP, SMU, dan waktu masih duduk di bangku kuliah. Setelah sekian lama namun praktek-praktek tersebut masih saja berlangsung. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah hal semacam itu sudah menjadi sebuah kelaziman dan keniscayaan? Ataukah sebuah kezaliman yang berseragamkan tugas dan wewenang?

Bukannya saya mendiskreditkan profesi ini, tapi tulisan ini dibuat untuk memberikan sedikit pencerahan bagi perbaikan pengabdian dan pelayanan jajaran kepolisian. Mari kita urai satu persatu.

Rekruitment. Rekruitment anggota kepolisian untuk scaba adalah dari lulusan SMU dan sederajat yang memenuhi 'syarat'. Selain kecapakan calon polisi, sudah jamak diketahui masyarakat bahwa diperlukan pundi-pundi yang tidak sedikit untuk mengantongi profesi ini. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa kinerjanya sangat erat dipengaruhi oleh masalah keuangan. Hal itu dilakukan baik untuk memulihkan uang sewaktu 'syarat' masuk maupun sebagai tradisi sebagian oknum polisi untuk mempercepat pemasukan uang jajan dengan cara instan.

Kinerja. Banyak kinerja polisi yang memberatkan masyarakat. Pembuatan SIM pun juga terdapat beberapa kejanggalan. Bukankah biaya pembuatan dengan biaya perpanjangan SIM itu berbeda, yang tentu saja lebih murah biaya perpanjangannya. Namun kenyataannya di lapangan adalah sama saja.

Lalu ketika papa saya dulu kecelakaan sepeda motor, waktu mama akan meminta sepeda motor kami untuk dilakukan perbaikan, mama saya diminta untuk membayar sejumlah uang sebagai jaminan peminjaman barang bukti. Lho? Aneh kan, padahal waktu itu posisi papa adalah sebagai korban yang ditabrak. Seharusnya kan malah dibantu sama polisi, ini malah diporoti. Dan masih banyak kejadian-kejadian serupa yang tak terhitung jumlahnya dan terjadi hampir setiap hari.

Pemeriksaan yang mengganggu kenyamanan berlalu lintas

Hal-hal seperti itulah yang membuat citra polisi yang sebenarnya mulia sebagai pengabdi dan pengayom masyarakat menjadi kian terpuruk akibat ulah beberapa oknum polisi yang berbuat tercela menjadi 'bajak darat' bagi pengguna jalan.

Saya harap dengan datangnya tahun baru 2009 ini, layak dijadikan momen untuk berefleksi, dilakukan pembenahan dalam birokrasi kepolisian demi terciptanya personil-personil polisi yang tangguh, bercitra baik yang mampu memberikan pengabdian, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat sehingga orang-orang yang memang berencana menghindari kepenatan dalam pekerjaan, tidak bertambah penat lagi dengan kehadiran momok jalanan yang bernama polisi selama berlalu lintas di jalan raya.

Tugas yang tidak mudah untuk jajaran kepolisian, namun bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...