22 pemain, 1 wasit, 2 hakim garis, dan 1 bola. Berjuta pasang mata seakan takzim menikmati sihir tak nampak sekalipun mudah dirasakan ueforianya. Tak ada yang pernah tahu, sihir apa yang membius berjuta-juta manusia di bumi ini untuk duduk dalam satu kesepakatan, menyaksikan pentas olahraga (sepakbola) bertaraf dunia tanpa sekalipun mengeluh terlalu capek untuk mengikuti jalannya pertandingan.
Badan pegal-pegal, kurang tidur, jadwal jadi (agak) berantakan, kimiawi tubuh jadi kacau balau. Mungkin jika bisa ditambahkan, berangkat ke kantor jadi sering kesiangan, alhasil bisa dimarah-marahi bos gara-gara kerjaan jadi tidak beres.
Saya sendiri baru mengikuti jalannya Piala Dunia sejak tahun 1998. Waktu itu saya masih SD. Dan saya ingat benar, yang menang Perancis. Yang jadi pertanyaan, mengapa sekarang Perancis mainnya jelek banget ya?
Ngomong-ngomong masalah Piala Dunia, hal yang terjadi masih sama, dari dulu hingga sekarang. Banyak yang begadang (jika negara penyelenggara beda zona waktunya jauh sekali dengan Indonesia) untuk bela-belain nonton. Bagi yang tajir mampus, bisa sekalian traveling (ini yang saya suka). Bagi yang suka judi, ajang ini bisa jadi momen panen untuk mengeruk keuntungan dengan tebak-tebakan mulai tebak skor, tebak siapa yang menang dalam setiap pertandingan, dan puncaknya menebak negara mana yang akan menggondol pulang trofi Piala Dunia.
Yang membuat saya penasaran selain pertandingan yang seru, cerita-cerita lucu yang melingkupi jalannya piala dunia, negara yang menjadi tuan rumah, dan siapa yang menjadi juaranya, adalah tentang bola itu sendiri. Mengapa? Bola memang bundar (atau bulat). Jadi bagi saya, eksentriknya sebuah bola terletak pada kemisteriusan bola itu sendiri.
Waktu saya kecil, sering sekali dicekoki dengan informasi yang menurut saya sahih kebenarannya. Bola Piala Dunia katanya berasal dari Indonesia. Sumpe lo? Informasi itu sebelumnya saya telan mentah-mentah. Seiring dengan berkurangnya usia, saya jadi tahu (karena berusaha mencari tahu) bahwa informasi tersebut tidak sepenuhnya tepat. Saya iseng-iseng buka wiki(pedia) dan saya dapati informasi bahwa bola tersebut dibuat di China dengan bahan lateks yang asalnya dari Taiwan. Tak ada informasi yang jelas kalau China sebagai produsen si bundar Jabulani melakukan outsouching ke Indonesia. Kalau kurang jelas, silakan baca link berikut ini tentang Adidos Jabulani.
Perhelatan besar seperti piala dunia selalu menarik minat saya. Karena menyukai traveling, saya biasanya mencari-cari informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia sepak bola dan tempat di mana perhelatan akbar tersebut berlangsung. Sejak Piala Dunia tahun 2002, saya sedikit membuka 'mata' tentang isu-isu yang berkembang selama berlangsungnya Piala Dunia. Sebenarnya sederhana saja. Saya suka melihat bangunan dan arsitektur yang unik-unik dan 'lain'. Dan kalau kesampaian di lokasinya, saya tidak sabar untuk berfoto tentu saja.
Tapi, untuk saat ini, hal-hal tersebut baru bisa saya nikmati lewat koran, televisi, dan internet saja. Karena mengikuti perkembangannya, saya jadi tahu bahwa pembangunan stadion yang megah dan menghabiskan dana jutaan dolar itu mempunyai beragam dilema. Tentu saja, di mana-mana yang namanya pembangunan selalu menyisakan cerita sedih dan pahit. Di baik genggap gempita dan sorak sorai selalu meninggalkan tragedi air mata. Tapi, daripada berlarut-larut tenggelam dalam kesedihan, mending diambil sikap positifnya. Afrika Selatan sebagai negara penyelenggara Piala Dunia tentu saja diuntungkan, selain karena devisa dan pemasukan negara, juga pembangunan stadion-stadion megah kelas dunia.
Saya jadi berharap suatu saat Indonesia bisa menjadi tuan rumah perhelatan ini. Jika saat ini belum sanggup masuk kualifikasi kompetisi yang menyedot hampir tatapan mata seluruh manusia di bumi ini, menjadi tuan rumah bisa membuat Indonesia memiliki stadion yang kelasnya buka ecek-ecek. Soalnya kalau saya pikir, stadion paling baik di Indonesia dan punya kualitas kok hanya Senayan saja. Itu pun bangkunya sederhana saja.
Dan ngomong-ngomong tentang Piala Dunia, saya sudah jauh-jauh hari mengosongkan jadwal traveling saya selama sebulan, hanya untuk bisa tenang duduk manis menonton bola tanpa harus pusing nyari-nyari tivi di warung pas ada di jalan. Jadi, saya ingin menikmati perhelatan ini dengan nyaman. Saya yakin semua pasti setuju, untuk menikmati event empat tahunan ini, paling tidak perlu dijadwal dengan baik mengenai kapan saat tidur, kapan harus menyelesaikan pekerjaan, kapan harus selesai membaca buku, kapan harus nonton film (hadewh, kayaknya saya absen ke bioskop selama sebulan), dan tentu saja stamina yang prima agar sistem kimiawi dalam tubuh tidak terganggu. Kan jadi ribet kalau gara-gara nonton bola akhirnya jatuh sakit.
Bola memang seru. Dari mulai permainannya, suporternya, tebak skornya, taruhannya, sampai siapa yang jadi pemenangnya. Makanya jangan sampai melewatkannya ya. Tsa mina mina it's time for Africa. Viva Espana. ;=)
Memorabilia Maria
-
.: Tengara *Maria* 🍁🌿 :.
Saat masih SD, saya mengenal sosok *Bunda Maria* hanya dari figur yang
terdapat di altar dalam rumah kawan saya yang *Katolik*...
4 years ago
No comments:
Post a Comment