Tuesday, June 01, 2010

Episode #2: (tentang) Jalan-Jalan

Apakah yang orang cari dari kegiatan jalan-jalan? Seseorang pernah berkata, jalan-jalan itu bagaikan candu, jika sudah mengunjungi suatu tempat, kamu akan memiliki keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat yang lainnya. Dan terus begitu. Hal itu karena jalan-jalan itu menyenangkan. Kamu akan menemukan hal-hal baru dan unik yang mungkin jarang kamu temui dalam kehidupanmu.

Pertama kali memutuskan untuk menyukai jalan-jalan sebenarnya berawal dari kebebasan keluar rumah yang saya dapatkan saat lulus SMU. Bukannya sewaktu SMU saya tidak bebas, tapi karena saat SMU saya masih tinggal dengan orang tua, jadi ketika jam bubaran sekolah udah usai dan saya belum juga sampai di rumah, otomatis orang rumah selalu khawatir akan keberadaan saya. Waktu itu belum jamannya anak sekolah bawa handphone dan (kebetulan) rumah saya belum dipasang telepon rumah. Catat!!!

Setelah memasuki dunia kuliah dan kuliahnya ada di ibukota pula, saya semakin bebas untuk keluyuran ke mana-mana. Sebenarnya saya senang jalan-jalan sendirian. Hal itu karena saya orangnya tidak mau ribet, malas menunggu, tidak mau antri, dan maunya yang serba cepat. Dan saya biasanya jarang memberikan toleransi kepada teman yang dari awal kelihatan sudah merepotkan. Terkadang, saya lebih suka begini. Jika susah menemukan teman yang cocok dan si teman itu memaksa untuk ikutan jalan-jalan, biasanya kita membuat perjanjian untuk jalan sendiri-sendiri lalu ketemuan di mana dan jam berapa di suatu tempat yang sudah kita setujui bersama.

Dan, suatu ketika ketemulah saya dengan teman-teman senasib yang mau diajak jalan-jalan tanpa harus ribet, yang tidak perlu itung-itungan masalah budget, dan tidak perlu ngotot-ngototan saat menentukan tempat untuk jalan-jalan. Kalau ketemu dengan teman-teman yang cocok, seiya sekata, dan punya kesukaan yang sama untuk sama-sama senang jalan-jalan dengan biaya seadanya.

Jalan-jalan tidak harus ke luar negeri atau ke luar daerah. Kalau pikiran lagi budreg maka saya biasanya langsung kepikiran untuk jalan-jalan ke suatu tempat yang membuat pikiran saya nyaman. Ke taman kota, mal, toko buku, bioskop, atau ke pegunungan, pantai, atau bahkan ke kolam pemancingan ikan bisa menjadi alternatif pilihan tempat yang bisa dijadikan zona rekreasi.

Yang menyenangkan dari acara jalan-jalan sebenarnya adalah pengalaman baru mengalami hal-hal yang jarang kita temui di lingkungan kebiasaan, bahasa yang berbeda, adat kebiasaan yang berbeda, dan harga makanan yang (kadang) juga berbeda. Saya jarang sekali shopping kalau pas jalan-jalan. Begitu pula teman-teman keluyuran saya. Yang menarik lainnya dari jalan-jalan adalah pengalaman untuk mengejar-ngejar ketinggalan boarding di bandara atau menunggu pesawat karena delay, bermacet-macet ria di jalanan, menebak-nebak yang menjaga pintu tol cakep atau tidak, dan senam jantung jika ternyata sopir yang kita sewa ternyata ugal-ugalan. Selain itu pengalaman yang paling mengasyikkan karena di samping memalukan dan juga lucu adalah kebiasaan kami untuk 'mencoba' bermacam-macam jenis toilet yang ditawarkan oleh penginapan-penginapan di tempat yang berbeda.

Toilet ini juga termasuk hal yang unik dan sekaligus membuka aib masing-masing. Beberapa dari anggota geng keluyuran saya ternyata lebih suka toilet jongkok daripada toilet duduk. Jadi meskipun yang tersedia di penginapan atau tempat wisata adalah toilet duduk, kalau lagi kebelet panggilan alamnya untuk segera setor ya terpaksa nangkring di atas kloset (catatan: adegan tersebut tidak dianjurkan bagi yang tidak terbiasa dan dilarang keras untuk dibayangkan). Hampir semua dari anggota geng saya juga jauh lebih suka dan nyaman saat berada di dalam toilet basah daripada toilet kering. Maklum, kita semua orang Indonesia yang (hampir semuanya) belum pernah tinggal atau memiliki gaya hidup layaknya bule, masih suka makan nasi daripada roti, dan lebih mudah ngobrol dalam bahasa Indonesia daripada cas cis cus pakai bahasa Inggris. Untuk yang terakhir, yaiyalah. Tapi yang paling tidak saya sukai dari teman-teman saya adalah kebiasaannya untuk ngobrol dalam bahasa Sunda. Yups, Anda benar, mostly teman-teman saya adalah orang Sunda. Bukannya apa-apa, tapi mendengar mereka ngobrol pakai bahasa Sunda sementara saya tak paham sama sekali bahasa tersebut serasa berada di planet antah berantah.


Jadi begitulah, jika ada yang bertanya mengenai mengapa saya begitu suka jalan-jalan jawabannya bisa sangat panjang. Tapi jika diringkas, ya karena semua orang butuh jalan-jalan. Butuh bertransformasi. Berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dari zona yang satu merambat ke zona yang lain.

Saya sampai terheran-heran jika mengetahui ada orang yang tidak suka jalan-jalan. Efek baiknya dari kegiatan jalan-jalan salah satunya yang terasa bagi saya adalah bisa menimbang-nimbang dan evaluasi diri jika melihat kebiasaan atau budaya orang lain. Saya biasanya merefleksikan apa yang saya tangkap saat jalan-jalan tersebut untuk saya bandingkan dengan pengetahuan yang sudah saya miliki. Jika ternyata apa yang saya dapatkan saat jalan-jalan lebih baik maka nilai-nilai tersebut saya adopsi dalam hidup yang saya jalani. Namun, jika nilai-nilai yang sudah saya imani ternyata (menurut pemikiran dan penilaian saya) masih lebih bagus, maka hal itu akan semakin menambah ketebalan nilai-nilai yang sudah saya tahu dan secara periodik saya kerjakan dalam hidup.

Maka dari itu, tidak ada salahnya jika Anda yang (semula) tidak suka jalan-jalan mulai merencanakan diri untuk jalan-jalan ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Dengan harga akomodasi yang sudah jor-joran banting harga, mestinya jalan-jalan jadi semakin mudah dan murah. So, tunggu apalagi, selamat jalan-jalan. Selamat bertemu dengan hal-hal baru dalam hidup. Mumpung masih punya waktu buat jalan-jalan.

Gambar dipinjam dari sini.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...