Tuesday, June 08, 2010

Episode #11: Teman Jalan-Jalan

Jika disuruh milih, saya lebih suka untuk jalan-jalan secara mandiri. Saya orangnya malas menunggu, tidak sabaran kalau disuruh ngantri, dan terbiasa jalan cepat-cepat. Untuk yang terakhir itu mungkin karena efek saya orang gunung, yang harus selalu mengejar angkutan umum untuk pergi ke kota. Jadi, kebayang kan kalau saya jalannya klemak-klemek bisa-bisa telat dapat angkutan. Tapi karena dengan berangkat ramai-ramai, biaya jalan-jalan jadi lebih murah, saya pun asyik-asyik saja jalan bareng dengan beberapa orang asalkan cocok dengan teman tersebut.

Awal mula saya suka jalan adalah karena undangan (secara iseng-iseng) untuk mencoba naik pesawat terbang ke Belitung dari Ari Subagja. Hantu laut satu itu memang tiada duanya. Dia saya nilai OK kalau urusan mengatur-atur acara jalan kita. Saya tinggal bayar sekian, semua-muanya sudah diurusi dengan baik olehnya mulai dari tiket pesawat, taksi ke bandara, kue-kue kecil dan soft drink untuk sarapan, akomodasi di tempat tujuan mulai dari penginapan dan segala tetek bengeknya, sampai urusan kaos untuk dresscode. Yang belakang ini agak najis. Jalan-jalan dengan pakaian serupa emang memudahkan untuk mencari satu sama lain di keramaian. Tapi karena sekarang teknologi komunikasi sudah canggih, pakai seragam seperti ini kok rasanya seperti anak panti ya? Saya serasa dilayani kalau jalan bareng dia. Yang paling tidak saya sukai dari dia adalah suka merokok, selalu minta sesuatu yang eksklusif (tracking ke gunung dan sejenisnya gak cocok buat dia), dan mulutnya yang 'agak beracun'.

Maksudnya agak beracun di sini adalah dia suka sekali ngata-ngain orang dengan seenak udelnya. Marah-marah kalau saya tidak on time, tapi giliran dia yang telat alasannya panjang banget. Kelakuan ini sebelas dua belas dengan Bambang aka Benk. Si Benk ini tipe anak yang gendut gembur persis kayak arca gupala. Kebiasaan kentutnya yang di sembarang tempat (mostly di depan saya) sungguh memuakkan.
Enaknya dia itu tidak ada masalah dengan duit. Jadi patungan sama dia tidak perlu itung-itungan masalah kembalian. Yang parah, mulutnya itu kadang lebih tajam dari silet. Maksudnya becanda (dan saya tahu itu) tapi jika orang lain yang tidak tahu sifat becandaanya bakal menilai dengan serius omongannya. Dan salah satu orang yang selalu termakan 'bualan' si Benk ini adalah bosnya sendiri. Hadewh.
Teman saya yang lain yaitu Rinaldi dan Suhaidi. Rinaldi ini anak Bogor. Sangat tidak mandiri untuk memutuskan sesuatu (biasanya selalu meminta petunjuk si Ari). Angka ikut yang selalu sendiko dawuh pada bos Ari-nya yang eksklusif. Sedangkan Suhaidi adalah anak Belitung yang nyasar ke Jakarta. Kebiasaannya yang paling parah adalah tidur. Di mana-mana dia selalu tidur. Di pesawat, di perahu, atau bus, hampir selalu menghabiskan waktunya dengan tidur. Tidurnya pun sangat tidak anggun alias selalu terbuka menganga mulutnya hahaha. Saya tidak habis pikir, untuk acara jalan-jalan singkat ke Bali, waktunya dihabiskan untuk tidur saja. Waduh sayang sekali ya.

Dari Rinaldi saya jadi kenal dengan teman jalan yang lain. Namanya Dhian Khaerani. Saya kenal dia pas mau jalan-jalan ke Bali. Cewek gila yang suka bangat traveling ke mana saja ala backpacker. Rekor jalan-jalannya lebih luas daripada saya. Dia sudah pernah jalan ke Raja Ampat (Papua) tempat yang sudah lama saya impikan untuk saya kunjungi. Terakhir dia baru saja pulang dari Jerman. Dan pada suatu kesempatan, dia mengajak saya untuk mengunjungi Pulau Sikuai atau jalan-jalan ke Belanda. Orangnya easy going, dan kita nyambung ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja. Kerjaannya membuat dirinya bebas pergi ke mana saja tanpa pusing memikirkan budget dan acara cuti. Tidak seperti saya yang jadi 'pejabat negara' yang agak ribet ngurusi ini itu jika akan ada niat untuk jalan-jalan.

Teman paling asyik buat jalan-jalan ;=)

Ada satu lagi teman yang asyik diajak jalan. Namanya Andriansyah. Saya ketemu dia waktu mau jalan-jalan ke Bali. Orangnya benar-benar gila. Santai, humornya tidak garing, easy going, dan mau diajak jalan sampai pagi. Maklum, di Bali kalau weekend kehidupan baru mulai agak on menginjak pukul 9 malam ke atas. Sayang kan kalau momen menikmati dunia gemerlap itu dilewatkan begitu saja. Karena dia dan Rinaldi ini doyan minum juga, alhasil pas jalan malam, jalannya seperti melayang hehehe. Hidup alkohol. ;=)

Sebenarnya saya suka jalan-jalan dengan siapa saja. Selama orang tersebut memiliki kriteria seperti berikut:
  1. Tidak ribet, maksudnya bisa membawa diri, tidak menyusahkan orang lain, dan tahu kebutuhannya sendiri. Jika sudah tahu kalau mau jalan seminggu ya membawa baju gantinya jangan hanya satu jika malas mencuci.
  2. Mau diajak patungan dan sharing soal tempat tidur, makan, dan semua-muanya saat jalan-jalan. Tidak itung-itungan sampai uang receh pun diitung-itung juga.
  3. Bukan tipe anak mami, yang harus minta disiapin ini itu, disediakan ini itu, apalagi sampai harus ditelepon di setiap kesempatan. Idih, gengges banget melihatnya.
  4. Tidak lelet, artinya bisa jalan cepat. Ini penting untuk mengejar saat-saat genting untuk boarding ke pesawat atau naik perahu. Seperti saya katakan di atas, saya paling tidak suka menunggu.
  5. Bersih dan rapi. Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan penampilan, tapi kalau teman kita itu bengek, ingusnya keluar terus, selalu memproduksi dahak dan sering meludah sembarangan kan ganggu banget jadinya. Maka dari itu, kebersihan sebagian dari iman memang layak dijunjung tinggi, di dunia jalan-jalan sekalipun.
Memang gampang-gampang susah menemukan teman yang cocok untuk diajak jalan bareng sesuai dengan cita rasa yang sama-sama kita inginkan. Maka, jika ketemu dengan teman 'di jalan' sebenarnya lebih adventurous sekali. Cuma, di dunia yang tingkat kriminalitasnya membuat diri terhenyak seperti sekarang, rasanya saya lebih suka jalan bareng dengan orang yang sudah saya kenal sebelumnya. Paling tidak, jika saya belum kenal, ada teman saya yang sudah mengenalnya. Ini tidak berlaku untuk orang-orang yang saya ajak ngobrol di tempat tujuan. Dan jika ada beda pendapat untuk menentukan lokasi mana dulu yang 'dijajah' biasanya saya mengusulkan dan mendorong teman-teman saya menuju ke lokasi yang diinginkan duluan, dan janjian untuk ketemu kembali di suatu tempat yang sudah disepakati berikut jam berapa sudah harus ada di situ. Lebih adil untuk semuanya.

teman traveling saya yang terakhir
(sebelum saya menulis catatan ini)

Yang dicari saat kita sedang jalan-jalan adalah ketenangan dan keasyikan menikmati acara jalan-jalan itu sendiri. Jika ternyata ketemu dengan teman yang cocok, acara traveling akan jadi riang gembira penuh canda tawa. Artinya tidak membosankan. Tapi, jika ada satu saja anggota jalan-jalan kita ada yang 'lain' sifatnya, biasanya acara jalan-jalan menjadi ajang untuk perang batin dan korban perasaan. Hal yang sangat tidak menyenangkan untuk dialami. Karena kalau keadaan itu terjadi, pengennya segera berpisah dari rombongan atau segera pulang sambil berharap bahwa acara jalan-jalan berikutnya dia tidak ikut. Memilih teman jalan itu sama seperti memilih baju. Jika cocok ya dipakai terus, jika tidak cocok ya sudah dibuang saja. Jadi, pandai-pandailah memilih teman jalan. :=)

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...