Monday, June 07, 2010

Episode #10: Traveler atau Tourist

Saat blogwalking, saya tahu dan penasaran dengan sebuah nama seseorang. Nama itu adalah Jimmy Wales. Apakah Anda pernah dengar sebelumnya? Nama aslinya Jimmy Donal 'Jimbo' Wales. Jimmy Wales adalah pendiri Wikipedia, sebuah ensiklopedia virtual sekaligus kamus dan juga perpustakaan yang berisi artikel atau informasi apapun, dapat dibaca dan dicopy paste secara gratis. Bahkan, tanpa iklan. Wikipedia merupakan tempat enak untuk mencari dan menemukan informasi yang dapat diakses dengan bebas oleh siapa saja.

Dan saya baru saja jalan-jalan ke wikipedia untuk mencari arti yang dapat mendefinisikan kata yang (menurut saya) penting. Kata itu itu adalah traveler dan tourist. Dua kata yang mulai akrab di telinga saya sejak sekitar enam bulanan yang lalu

Welcome to Paradise

Menurut om wiki, traveler commonly refers to one who travels, especially to distant lands. Sedangkan menurut The World Tourism Organization (juga dimuat di wiki) tourist berarti people who travel to and stay in places outside their usual environment for more than twenty-four (24) hours and not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes not related to the exercise of an activity remunerated from within the place visited. Kalau saya mendasarkan pada definisi dari wiki berarti saya sudah termasuk keduanya. Sedangkan definisi itu sudah berkembang sekarang karena ada istilah backpacking. Masih menurut wiki, backpacking is a term that has historically been used to denote a form of low-cost.

Jadi, backpacking adalah jalan-jalan dengan budget terbatas. Saya sendiri jadi lebih suka untuk jalan-jalan ala backpacking ini, soalnya selain berbiaya rendah, kita bisa menentukan sendiri kapan, harus di mana, dan sampai kapan kita mau jalan-jalan tanpa harus dibatasi oleh waktu (selain uang tentunya) dan diatur oleh semacam panitia yang tugasnya menyiapkan segala sesuatunya mulai dari akomodasi, reservasi penginapan, sampai dengan urusan makan. Dengan jalan-jalan ala backpacking ini, kita bisa tahu tentang sesuatu yang biasanya tidak ditawarkan oleh paket-paket wisata dan (biasanya pula) tidak terdapat dalam brosur-brosur wisata. Menarik bukan? Karena selain dituntut untuk selalu self service, juga mendorong kita untuk lebih adventurous dalam jalan-jalan.

Mungkin, saya belum termasuk kategori backpacker kelas berat seperti mbak Trinity atau mas Agustinus Wibowo. Jangkauan mereka berdua sudah lebih jauh melintasi batas negara dan benua. Kalau saya, masih sebatas lingkup dalam negeri saja. Tapi, saya banyak belajar dari mereka berdua. Dan dari mereka juga saya mendapat 'ilmu' dan keberanian untuk mulai keluyuran juga. Di samping ini adalah keadaan saya waktu jalan-jalan. Tas hitam itu barang wajib yang perlu dibawa. Selain muat untuk tempat baju, juga untuk tempat barang-barang lainnya yang saya perlukan selama jalan-jalan seperti handuk, buku, dan lain-lain.

Saya lebih suka bawa tas kecil ini daripada ransel, soalnya kalau bawa ransel kok kesannya turis banget dan harus ditaruh di bagasi kalau naik pesawat. Saya pikir, bawa ransel lebih ribet, lebih banyak membutuhkan tenaga untuk membawanya, dan lebih banyak memakan uang jalan jika dititipkan. Belum lagi resiko hilang, ketukar penumpang lain, atau tertinggal di bandara keberangkatan jika ternyata ada pindah pesawat.

Selain baju ganti dan peratan mandi make up, barang yang selalu saya bawa ke mana-mana saat jalan-jalan adalah buku, sandal jepit, obat-obatan seperlunya, tas kresek dan cemilan. Buku bagi saya adalah untuk membunuh waktu luang saat ada di jalan (di pesawat, di bus, atau di perahu). Kan bosan juga jika harus ngecipris terus sama teman-teman. Tapi, biasanya karena teman-teman saya lebih suka tidur, itu kesempatan saya untuk membaca. Sandal jepit memudahkan saya untuk jalan pas di pantai atau waktu mau mandi dan sholat.

Untuk acara buru-buru pun cukup available soalnya jika tertinggal tidak terlalu rugi. Maklum, harganya murah dan bisa dibeli di mana-mana. Tapi saya lebih suka bawa dari rumah saja. Itulah mengapa sandal jepit wajib dibawa ke mana-mana. Obat-obatan ya standar saja. Paling obat flu, minyak kayu putih, dan tas kresek untuk muntahan jika kepepet. Tas plastik bisa untuk membungkus baju kotor dan handuk basah biar baunya tidak kecampur dengan baju bersih. Sedangkan cemilan bagi saya penting soalnya pesawat terbang biasanya tidak menyediakan sajen untuk penerbangan domestik. Kecuali kayaknya maskapai Sriwijaya Air yang masih royal memberikan snack dan minum. Kebayang kan bisa-bisa kelaparan jika harus ngejar pesawat pagi-pagi dan belum sarapan.

Yang paling menyebalkan jika harus jalan-jalan ala backpacking adalah acara oleh-oleh. Saya tidak tahu sejak kapan tradisi oleh-oleh ini ada. Saat saya berencana mengunjungi suatu tempat dan (kebetulan) ada teman kantor yang tahu saya mau jalan-jalan (mostly sih ibu-ibu), mereka pasti bilang 'jangan lupa bawain oleh-oleh ya'. Dalam pikiran saya, emang saya turis sampai sempat-sempatnya beli oleh-oleh. Kebiasaan orang Indonesia yang 'kelewat' ramah ini terus terang sangat mengganggu saya. Soalnya, walaupun kadang hanya basa-basi doang, tapi ketika saya benar-benar tidak sempat membeli oleh-oleh (karena niatnya memang tidak untuk membeli oleh-oleh), raut muka dan olok-olok yang saya dapatkan sungguh tidak mengenakkan hati. Saya selalu berpikir bahwa orang mau nitip kok menyusahkan orang lain. Yang pergi jalan-jalan saya, kok yang banyak maunya dia. Prinsip saya, kalau memang tidak ada oleh-oleh ya tidak perlu minta, apalagi sampai sewot. Saya rasa orang-orang tipe seperti ini yang sangat menyusahkan. Maunya enak saja, tinggal modal mulut ama lidah yang beracun. Siap ngomong yang berpotensi membunuh karakter orang lain. Maka dari itu saya biasanya diam-diam saja kalau mau jalan-jalan. Ribet kalau banyak orang tahu. Ada yang nitip ini itu, pesan ini itu, yang jelas sangat menyusahkan dan mau enaknya saja kayak raja. Menurut saya, ya kalau mau nitip terserah saya mau dibelikan atau tidak, soalnya bisa jadi saya tidak sempat beli ini itu karena harus mengejar boarding di bandara. Ya, kalau sudah begitu, dari awal saya akan menyebutkan bahwa saya tidak akan beli oleh-oleh. Kok kesannya turis banget gitu. Datang ke suatu tempat, foto ceprat-cepret, beli oleh-oleh, dan pulang. Datang bawa satu tas, pulang bawa tiga tas. Owh, it's not so me.

Jalan-jalan memang mengasyikkan. Anda bisa memilih menjadi seperti apa yang Anda inginkan. Bisa menjadi turis atau menjadi backpacker. Tergantung di mana dan seperti apa tipe jalan-jalan yang paling membuat Anda nyaman. Dan, sampai saat ini, jalan-jalan ngeteng ala backpacker yang lebih nyaman buat saya. Karena selain lebih murah, lebih adventurous. Selamat jalan-jalan dan berpetualang. ;=)

Saya, di atas perahu, di antara karung beras, tumpukan sembako,
bau kecut pelaut, dan bau asin air laut

2 comments:

  1. kalo ogah pake backpack yg segede gaban, pake aja ransel yg agak kecil (rucksack) yg bisa dimasukkan ke kabion atas di dalam pesawat. enjoy travelin' :)

    ReplyDelete
  2. nice inpo gan, ntar dicari. Tapi pakai backpack tetap lebih asyik ;=)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...