Friday, January 22, 2010

Sajak Api dan Es

Setelah perjalanan yang kita tempuh dengan bersusah payah
Akhirnya kupahami satu hal tentang kita
Bahwa pemikiran yang dulu lurus dan kau anggap kaku
Memang tak pernah bisa kuhentikan untuk kupeluk mesra

Kadang aku juga berpikir
Apa gunanya aku melakukan ini semua
Tak ada seorang pun yang mau dan mampu mengerti tentang keresahanku
Tidak juga kau, manisku
Malaikat yang (katanya) dikirim Tuhan untuk menemaniku ngobrol
Atau sekadar tempat mengadu atas kekesalan yang menemaniku seharian

Topeng-topeng yang dulu kau usulkan untuk kupakai
Sepertinya sudah mulai lusuh dan minta diganti yang baru
Hingga suatu ketika kuputuskan untuk tidak membelinya
Karena topeng-topeng itu mahal harganya

Bolehlah orang bersenandung tentang kemalanganku
Manusia yang mendamba pengasingan demi sebuah nubuat tentang kebenaran
Tak ada yang harus dikhawatirkan untuk itu

Sayangku, aku bahagia sekali melihatmu tersenyum
Sekalipun senyum itu bukan aku yang mengguratnya
Secuil kebahagianmu di sana, cukuplah menjadi candu bahwa kau masih menikmati hidupmu
Seperti dulu yang pernah kau rengekkan kepadaku

Dalam kesendirian akhirnya kumengerti
Keheningan sepertinya larut dalam peluk ciumku pada buku-buku
Hingga waktu sepertinya gagap dalam mengelabui kealphaanku akan ilmu
Oh ... Tuhan, jika takdir yang kau guratkan kepadaku adalah kisah mesra akan kesendirian
Akan kurayakan semuanya dengan gegap gempita
Bahwa semua dunia telah mengamini prinsip hidupku yang mulai membatu
Jika Kau ijinkan suatu saat kumendamba seorang sahaya
Yang Kau kirim dari rusukku yang tersempal nan jauh di sana
Aku akan penuhi naas-Mu yang penuh misteri dan keindahan
Karena kasih-Mu tak tersentuh bahasaku

Sayang, aku senang dengan kenihilanku menaklukkanmu
Akan kujalani hidup yang sederhana ini seperti sedia kala
Seperti saat kau belum mewarnai dunia yang menyelimutiku

Aku akan tetap di sini, sayangku
Menuntun ide-ideku yang sering kamu anggap gila dan tak masuk akal
Sampai ajal memanggilku untuk dipeluknya dengan mesra

Gambar dipinjam dari sini.

4 comments:

  1. Bagus, tuh, puisinya, Pak. Btw, aku sendiri tidak terbiasa menulis puisi.

    ReplyDelete
  2. @ Puguh : coretanku waktu bete pas banyak kerjaan tu pak. Kerjaan numpuk, akhirnya iseng corat-coret di blog ;=)

    ReplyDelete
  3. foto gelas terbakar diatas keren banget..
    selaras ama isi sajaknya
    salam kenal mas...

    ReplyDelete
  4. @ annosmile : hehehe terima kasih apresiasinya, salam kenal juga ;=)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...