Monday, December 28, 2009

Idealisme Seorang Idealis

Pernahkah Anda berpikir mengapa ada orang yang memilih hidup menjadi pribadi idealis? Padahal tak ada kenyamanan yang ditawarkan kepada seorang idealis. Ia selalu sendiri. Mengakrabi keheningan dan ketenangan berpikir. Tak ada orang yang benar-benar peduli pada dirinya. Bahkan beberapa ada yang malah menganggapnya gila. Menjadi idealis merupakan suatu kemewahan bagi kebanyakan orang. Pilihan yang jarang sekali ditempuh oleh sebagian besar orang.

Konsekuensi yang harus diterima oleh seorang idealis mungkin tidak senyaman sebuah upacara duduk untuk minum teh, menikmati koran pagi, sambil mendengarkan gemercik air mengalir. Hal yang harus diterima oleh seorang idealis adalah kenyataan bahwa hati dan pikirannya senantiasa resah. Memikirkan segala bentuk ketidakharmonisan dalam tatanan kehidupan. Melewatkan kenyataan bahwa peradaban yang akan diwariskan kepada generasi mendatang hanyalah tradisi omong kosong dan ketidakberesan. Tak ada yang membuat seorang idealis tenang sampai semua bersinergi menjadi paduan yang seimbang.

Keidealisan seseorang diuji ketika dihadapkan pada dualisme kepentingan, kenyamanan yang ditawarkan, dan masa depan yang lebih 'enak' dan jelas daripada mengejar suatu ketidakpastian. Orang yang idealis selalu berjalan sendirian. Ia nyaman berada di luar medan, sambil sesekali tertawa menyaksikan teman-teman yang dulu mengaku-ngaku berpaham sama ternyata hanya kedok semata. Ia sadar bahwa pemikiran dan buah budinya hanya menjadi semacam hiasan, yang dipuji dan diapresiasi selama pertarungan untuk kemudian dibenci dan dilupakan setelah kemenangan.

Namun bukan itu yang diharapkan oleh seorang idealis sejati. Ia mengabdikan diri dan pikirannya untuk mengoreksi keadaan, membawakan konsep penyesuaian-penyesuaian yang mendorong timbulnya sinergitas kehidupan. Ia sadar bahwa dirinya selalu sendirian. Tak ada yang benar-benar karib dengan sang idealis selain keheningan. Tak ada kenyataan akan datangnya kemapanan hidup yang dialaminya. Seorang idealis adalah mereka-mereka yang selalu berjuang, bekerja keras, berlari untuk mengejar ketertinggalan seolah setelah itu bisa diam dan membagi secuil harapan.

Seorang idealis juga merupakan pengamat yang handal. Ia mampu melihat mutiara-mutiara ide dalam kehidupan yang bertaburan di setiap tempat yang luput dari perhatian masyarakat awam. Ia berusaha untuk menerjemahkan pengamatannya yang jeli itu ke dalam bahasa-bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh orang-orang kebanyakan. Konsep idealisme dari seorang idealis tersebut belum tentu diterima oleh masyarakat ketika sang idealis masih sanggup bernapas. Tak jarang tentangan dan cacian mampir sebagai hadiah dari sebuah usikan yang mengganggu ketenangan dalam sebuah tatanan yang seolah 'dari luar berbaju megah namun di dalamnya bertubuh lemah'. Karena biasanya, dalam konsep idealisme, sangat ramai memberi ide tentang ironi kehidupan. Ia menggambarkan keadaan timbal balik yang dialami oleh sebuah komunitas atau koloni kehidupan yang tidak seimbang dan menunjukkan ketimpangan. Ia juga memotret gambaran kehidupan yang ganjil dan penuh ketidakadilan.

Konsep idealisme dari seorang idealis hanya mampu menjadi bumbu dan hiasan kehidupan. Ia hadir untuk dipelajari, diagungkan isinya, dan dipuji keunggulan kualitasnya tanpa benar-benar nyata untuk dilaksanakan. Ide dari seorang idealis kadangkala membahayakan. Berbahaya bagi sebagian orang yang merasa terancam akan kebenaran ide tersebut. Oleh sebab itu, biasanya seorang idealis adalah orang-orang yang disingkirkan, berusaha dilenyapkan, atau diasingkan.

Kita tengok saja beberapa contoh idealis yang pernah ada seperti Che Guevara, Tan Malaka, Soe Hok Gie, Ahmad Wahib, Chairil Anwar, dan lain-lain. Konsep kehidupan yang mereka tawarkan tak jarang mengarah kepada kestabilan kehidupan. Kritikan dilontarkan hanya menuntut sebuah keadaan yang lebih baik dari suatu praktek kesewenangan. Idenya baru diapresiasi dan dinilai bagus saat sang empunya ide sudah tenang ditanam. Tak ada yang benar-benar peduli pada mereka saat napas masih nyaman berhembus dalam raga.

Keadaan lain yang juga menjadi konsekuensi tak terhindarkan dari seorang idealis adalah sulit untuk mendapatkan tempat di hati banyak orang. Bukan dalam arti kebenaran karyanya, namun akseptansi dari masyarakat untuk kenyamanan menerima keadaan. Orang kebanyakan berusaha menghindar dan ingin jauh-jauh menjadi tautan atau berhubungan dengan pribadi idealis. Orang-orang idealis dianggap membahayakan jika berhubungan terlalu dekat dengan anggota keluarga atau dirinya pribadi. Orang lebih suka melihat keberanian seorang pribadi idealis dalam menentang keadaan, memperjuangkan sebuah perubahan, dan menanamkan konsep keidealisannya dalam kerangka berpikir masyarakat luas. Namun, orang tidak bersedia berhubungan terlalu dekat. Itu kenyataan yang diampu oleh seorang yang menjunjung tinggi idealisme dalam berpikir. Ia senantiasa sendiri dalam berjuang dan mempertahankan kesucian dari konsepsi idenya. Ia senang pada ketenangan hidup. Ia merayakan keheningan, mendengarkan jeritan penderitaan dan ketidakadilan sebagai musik kehidupan. Kadang kala, pengasingan adalah surga yang harus diterima oleh pribadi idealis. Menertawakan idenya dibenarkan dan dibahayakan tanpa merasa perlu mendapatkan pujian atau penghargaan.

Seorang idealis lebih memilih di luar sistem agar tidak larut pada kebobrokan sistem yang ada. Ia berjalan terus tanpa henti walau pengasingan telah membayang. Karena seperti kata Soe Hok Gie bahwa lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. Pribadi idealis paham benar tentang keadaan tersebut. Kadang sejenak ia meminta jeda, berpikir sesaat, dan introspeksi diri bahwa untuk apa sebenarnya dirinya melakukan hal-hal tersebut. Orang-orang yang dibelanya juga tidak peduli akan perjuangannya. Orang yang ditentangnya mati-matian berusaha menyingkirkannya. Tak ada yang benar-benar berada di sampingnya untuk secara nyata berani berikrar berjuang bersama. Sekali lagi, seorang idealis paham akan kenyataan ini. Paham bahwa pada akhirnya seorang idealis hanyalah pecundang yang kalah perang. Pahlawan yang dilupakan keadilan. Pencetus ide yang diagungkan zaman. Manusia yang selalu dipeluk keheningan. Sebuah kemerdekaan yang nyata dalam ranah kehidupan. Karena pada dasarnya, seorang idealis hanya tumbuh sekali dalam kehidupan seseorang. Seperti kata Chairil Anwar bahwa sekali berarti, sesudah itu mati.

Gambar dipinjam dari sini.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...