Tak biasanya saya menulis sebuah catatan akhir tahun. Kali ini saya tergerak untuk menulisnya karena dorongan untuk membantu saya melakukan sebuah koreksi. Introspeksi kecil-kecilan sebagai pengingat tentang sejauh mana hidup 365 hari ke belakang yang baru saja saya sudahi. Waktu. Suatu misteri yang kadang membuat saya lari terbirit-birit karena merasa dikejar oleh sesuatu. Yang membuat saya berhenti demi membentuk jeda. Seringnya molor demi meninabobokan kemalasan.
Akhirnya hari ini datang juga. Ujung dari tahun 2009 yang menyisakan bermacam memori. Kalau diingat-ingat, banyak sekali kejadian berharga terjadi dalam hidup saya di tahun ini. Ada bermacam perasaan bercampur aduk mengisi relung hati. Capeknya hakikat sebuah kerja keras, terbayarnya sebuah keteguhan hati, tercapainya suatu keinginan yang menggebu, didapatnya sebuah kemenangan dalam beberapa kompetisi, pengalaman yang tak terlupakan, dan ingatan akan betapa berharganya sebuah kehidupan untuk secara sadar dijalani dengan sepenuh hati.
Tahun ini bisa jadi membawa saya kepada perasaan yang patut disyukuri. Beberapa pencapaian berhasil saya raih. Tahun ini saya diangkat sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Keuangan. Status yang membuat saya mempunyai hak serupa dengan pagawai lainnya dan tanggung jawab penuh sebagai seorang abdi negara. Tahun ini saya diajarkan HIDUP tentang manisnya sebuah kemandirian berpikir. Mendorong saya untuk mengusahakan agar jangan sampai tergantung kepada orang lain, baik kepada orang tua, saudara, maupun sahabat. Karena hidup yang sangat tergantung kepada orang lain akan membawamu ke alam kemalasan. Mendorongmu untuk menempatkan pikiran bahwa kenyamananmu dalam berusaha akan selalu mendapat jaminan dan bantuan dari orang lain. Sungguh suatu pilihan hidup yang akan membawa siapa saja ke jurang kehancuran.
Tahun ini bisa jadi merupakan tahun prestasi buat saya. Banyak pekerjaan selesai saya kerjakan. Kampanye program Sunset Policy yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, penerimaan SPT Tahunan tahun 2008, dan sederet pekerjaan rutin saya di kantor rapi saya selesaikan sesuai dengan tenggat waktu. Beberapa perlombaan penulisan berhasil saya menangkan, dari penulisan resensi buku, artikel, sampai dengan blog. Dan gongnya adalah disematkannya predikat inspiring blog pada blog ini oleh Tim Internet Sehat.
Tahun ini banyak sekali orang-orang yang ingin saya temui akhirnya terlaksana. Sebagian terjadi secara kebetulan, sebagian karena kesadaran. Saya bertemu dengan penulis Donny Dirgantoro (5 cm) dan sastrawan Seno Gumira Ajidarma. Keduanya tidak sengaja saya layani saat akan membuat NPWP. Sungguh suatu kesempatan langka. Tahun ini saya juga bertemu dengan Kurnia Effendi, penulis dari Bandung yang cerpen-cerpennya sering saya nikmati bersama cerianya hari minggu pagi di koran langganan saya. Tahun ini saya bertemu dengan salah satu penulis favorit saya, Dewi 'Dee' Lestari, mendapatkan tanda tangan untuk semua bukunya dan kesempatan untuk foto bersama. Tahun ini saya juga bertemu dengan orang-orang luar biasa yang sebelumnya tidak saya kenal. Orang-orang dengan passion sama yang mencintai buku, film, musik, dan fotografi. Hal-hal yang sangat saya sukai dalam mewarnai hidup ini.
Namun, bagi saya hal-hal itu masih jauh dari maksimal jika dibandingkan dengan potensi yang saya miliki. Saya merasa tahun ini juga banyak kemalasan mendapatkan kemewahan. Banyak waktu luang terbuang percuma tanpa meninggalkan sesuatu yang berarti. Tidur yang melebihi durasi daripada yang seharusnya layak saya dapatkan. Perasaan malas-malasan masih mendapat angin segar untuk tahun ini tanpa saya sadar telah mengalaminya.
Ingin rasanya memutar kembali waktu untuk menambal hal-hal yang kurang berarti, mengisi waktu luang dengan sesuatu yang lebih baik daripada tidur, fokus terhadap hal-hal yang menjadi prioritas, dan tentu saja menghindari untuk meninggalkan banyak dosa yang dilakukan. Ingin sekali menghapus kenangan yang tidak baik akan pahitnya sebuah pertengkaran dan perasaan bersalah akibat telah melakukan perbuatan dosa. Kenangan-kenangan tersebut sekalipun keadaan telah membaik dan berjalan seperti biasa namun masih menyisakan perasaan menyesal kenapa harus terjadi.
Tahun ini saya kembali diingatkan oleh waktu bahwa buku yang ingin saya tulis belum kunjung selesai. Walaupun sudah mendapat dorongan semangat dari sahabat-sahabat saya, orang-orang yang saya kagumi, penulis-penulis yang saya apresiasi karyanya, dan orang-orang lain yang baru saya kenal lewat facebook, ada rasa yang kurang terisi di benak saya bahwa pekerjaan menulis sebuah buku menuntut suatu energi kreatif yang besar, tenaga yang prima, dan waktu luang yang leluasa. Hal-hal yang menjadi kemewahan hidup bagi saya. Mungkin tahun 2010 saya harus fokus jika ingin benar-benar bisa mewujudkan mimpi saya tersebut.
Ada banyak kejadian lain yang mungkin sedikit membuat saya terhenyak. Berita sedih yang sempat mampir di email, sms, dan facebook saya akan kepergian teman dan orang-orang yang saya kenal. Mereka seakan mengingatkan bahwa memang begitulah kehidupan. Indah dan layak untuk diperjuangkan dan diisi, untuk kemudian harus rela kita tinggalkan. Tak ada yang benar-benar berarti dari sebuah kebinasaan. Dunia ini betapapun indahnya, betapapun menawarkan kenikmatan dan kemewahan, betapapun menyediakan kebahagiaan, tetap saja mengandung ilusi yang menyesatkan. Maka, yang harus diingat-ingat adalah bahwa segala rutinitas yang membunuh waktu bisa jadi akan menggiringmu ke alam kelalaian. Ada hal-hal yang lebih berarti selain kenikmatan sebuah pekerjaan. Kehangatan akan indahnya keluarga yang harmonis, hubungan timbal balik yang hangat antara orang tua dan anak, kesetiaan untuk saling memiliki di antara para saudara, dan perasaan untuk saling tolong-menolong, membina hubungan baik dengan teman dan relasi merupakan hal-hal yang lebih baik untuk diusahakan.
Tahun 2009 ini memberikan sedikit nafas lega akan beberapa pencapaian dan menyisakan PR yang menjadi tantangan di tahun 2010. Saya akhirnya sadar bahwa masih banyak yang harus dilakukan, diusahakan, dan diperjuangkan. Masih banyak yang harus dipelajari dan dibagi. Saya juga sadar bahwa betapa banyak keinginan, betapa sedikitnya pencapaian, dan betapa singkatnya durasi yang diberikan. Semoga sisa semangat tahun ini menjadi benih semangat baru yang lebih besar sebagai modal untuk meraih impian di masa mendatang. Amin.
Gambar dipinjam dari sini.
Memorabilia Maria
-
.: Tengara *Maria* 🍁🌿 :.
Saat masih SD, saya mengenal sosok *Bunda Maria* hanya dari figur yang
terdapat di altar dalam rumah kawan saya yang *Katolik*...
4 years ago
catatan akhir sekolah ya bro ...
ReplyDeletecatatan akhir sekolah ya bro ...
ReplyDelete@ Dimaz : hehehe cuma coret-coretan gak jelas akibat kebanyakan waktu luang ;=)
ReplyDelete