Monday, December 22, 2008

Suara Hati Yang Tak Pernah Tersampaikan

Ada kalanya kita harus diam. Ada kalanya kita harus membuka mulut. Menentukan momen yang tepat untuk keduanya bukanlah perkara yang gampang. Diperlukan sejumlah perhitungan dalam menakar rasa dan mengolah kata demi mendapatkan padanan yang pas untuk menyuarakannya. Diperlukan sejumput intuisi untuk menciptakan sinergi antara ucapan dan suara hati. Dan, yang paling penting diperlukan sebuah keberanian untuk secara sederhana menyampaikannya.

Hati. Selamanya penuh misteri. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa selama ini akulah hambamu. Monolog suci yang biasa kamu lakukan, tak jauh beda dengan khotbah para kiai. Kadang bertutur, kadang melantur. Semuanya melebur dalam sebuah paket komplit. Tak jarang terasa manis. Seringnya berasa pahit.

Seberapa manisnya suaramu sekalipun pahit yang sering terbisik, di relung hatiku yang paling dalam, aku secara ikhlas mendengarkan. Mengikutimu. Karena yang kutahu, engkau benar adanya. Engkau tak pernah berbohong. Apalagi merajut benang-benang kemarahan yang menunggu digugah oleh nafsu.

Kamu. Selamanya tentang kamu. Sekelumit dirimu yang selalu menjajah hatiku. Manusia misterius yang sulit ditebak. Walaupun aku tahu ini bukan teka-teki dan bukan pula sebuah permainan, dirimu selalu menyisakan pertanyaan. Pertanyaan yang tidak wajib dijawab tapi senantiasa memaksaku dan mendudukkan tubuh ini untuk sejenak merenung, memikirkan secuil jawaban yang pantas kau dapatkan.

Aku bukan budak. Aku bukan hamba. Segalanya mengalir begitu adanya. Sejumput katalis kuperlukan untuk merengkuh sejengkal impian bersamamu. Engkau yang di sana. Aku di sini. Segalanya tampak absurb untuk dikatakan. Namun indah untuk dipikirkan.

Kata. Wujud misterius dalam dirimu akan selalu menyembulkan tanda tanya. Kau menjadikan yang tak tersuarakan menjadi tersampaikan. Sekalipun tak mudah baginya untuk menguraikan makna. Setidaknya ada wakil yang meneruskan suaraku untuk sampai di lubuk hatinya. Sekalipun samar-samar.

Namun semua hanya mimpi. Suara itu masih aman di peraduannya. Tak sempat berbisik, apalagi mengusik. Mengibarkan sejuta angan yang takkan terucap. Ia hanya akan menjadi suara hati yang tak pernah tersampaikan.

Selamanya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...