Thursday, June 17, 2010

Episode #20: Belajar (menjadi) Kreatif

Akhir-akhir ini saya merasa energi kreatif dalam diri berkurang dan terus-menerus berkurang. Buku di rak banyak sekali yang belum terbaca. Tulisan yang ingin ditulis juga beberapa kali malah urung untuk dituliskan. Saya jadi bertanya-tanya, ada apa dengan diri saya? Terlalu banyak pikiran, terlalu banyak yang diurusi, (seolah-olah) begitu terbatasnya waktu. Suatu ketika, saya ingin sekali keluar dari segala kungkungan rutinitas yang membelenggu.

Berteman dengan orang-orang kreatif memang menyenangkan. Kadang saya agak iri dengan kebebesan ekspresi yang mereka miliki. Sepertinya mereka tak pernah kekeringan ide untuk melakukan aktivitas yang membuat hidupnya kian berwarna. Saya mengetahuinya dari situs-situs jejaring sosial yang menampakkan status-status dari para figur kreatif tersebut. Dan lebih mencengangkan buat saya karena beberapa orang yang saya anggap kreatif tersebut, tahun ini, sudah mengeluarkan hasil kreativitas mereka. Saya hanya berpikir sejenak, kok bisa ya mereka sebegitu efektifnya membagi waktu dan berkontemplasi dengan dirinya sendiri untuk menikmati me time dan melakukan kegiatan produktif yang (tak jarang) menginspirasi.


Tahun lalu saya ketemu dengan Dewi 'Dee' Lestari saat peluncuran buku terbarunya yaitu Perahu Kertas. Sebelumnya saya juga mengikuti proses kreatif dari blognya. Dunia menulis sepertinya memang dunia yang menurut saya menarik. Pernah dalam satu momen perenungan, saya ingin suatu saat nanti (at least dalam 2 tahun mendatang) saya punya buku yang diterbitkan. Dunia kreativitas merupakan dunia yang menuntut diri kita mengerahkan segenap upaya baik fisik maupun pikiran, mencari, membuat, dan menciptakan suatu bentuk masterpiece yang mampu menunjukkan identitas diri si pencipta karya kreativitas tadi.
Namun demikian, seorang pekerja kreatif juga dituntut untuk mempertanggungjawabkan buah pikirnya itu kepada masyarakat. Artinya, jika seseorang berani untuk menunjukkan karya kreativitasnya kepada khayalak, karya itu setidaknya harus orisinal, bukan jiplakan. Blog pun bagi saya merupakan karya kreativitas yang dapat menunjukkan identitas dari penulis blog itu. Oleh karena itu, tulisan di blog juga harus orisinal. Kalaupun ada tulisan bagus yang layak untuk disebarkan dan menurut si empunya blog layak untuk ditampilkan dalam blognya, hal itu tidak termasuk penjiplakan asal saja dicantumkan sumber dari mana data tersebut diambil.

Minggu kemarin saya baru saja menyelesaikan membaca buku Oh My Goodness, Buku Pintar Seorang Kreatif Junkies karya Yoris Sebastian. Buku itu menurut saya dapat menumbuhkan sisi-sisi kreatif dari seorang yang tak kreatif sekalipun, menjadi orang yang dapat memunculkan ide-ide kreatifnya jika mau secara tekun melakukan setiap latihan yang ditunjukkan dalam buku. Berangkat dari ide, kreativitas menuntut untuk dilakukan secara bertahap, diasah pelan-pelan secara periodik, dan dilatih secara teratur dan terencana.

Setelah membaca buku tersebut, saya jadi ingat dengan proyek menulis buku saya yang pertama (yang sampai sekarang belum selesai-selesai). Saya jadi bertanya(-tanya), ke manakah energi kreatif saya selama ini? Kok sepertinya menguap tanpa jejak. Waktu hilang berganti dan kesempatan datang dan pergi seolah tak kenal kata permisi. Dari dulu, menulis buku merupakan salah satu mimpi saya. Sudah banyak inspirasi datang dan pergi layaknya teman lama yang bertamu setelah pergi berpisah, dulu. Tapi, semangat untuk menuangkan ide dalam kata-kata seperti tersedat di kata pertama dan teraborsi begitu saja tanpa merasa pernah ingin untuk lahir ke alam biner.

Mungkin juga karena saya suka jalan-jalan, yang membuat saya kurang fokus untuk menciptakan karya kreativitas. Tapi kalau boleh dibilang, Trinity juga suka jalan-jalan dan dia rajin menulis pengalaman jalan-jalannya di blog. Alhasil, setelah sekian lama masa jalan-jalannya ke berbagai daerah, dia sudah menerbitkan buku sebanyak 3 judul. Keren kan.

Jadi yang paling penting untuk menciptakan karya kreatif adalah menumbuhkan niat dan minat, terus fokus pada apa yang kita niatkan itu. Ada banyak alasan yang mungkin membenarkan dan menyuguhkan beragam ide untuk beralasan agar kita selalu menunda-nunda kegiatan menulis. Tapi, jika hari minggu tiba dan teman-teman saya (baik kenal di dunia nyata maupun maya) memberitahukan jika tulisannya dimuat di media cetak nasional, perasaan 'tertusuk' dan tergugah semangat menulis kembali hadir.

Apalagi bulan ini. Mungkin, bulan Juni atau bulan yang ada di sekitarnya (Mei dan Juli), banyak sekali teman saya yang meluncurkan buku terbarunya. Seperti saya perlihatkan di sebagian gambar yang saya uplod di blog ini menunjukkan bahwa teman-teman saya tersebut sangat produktif, mampu menggunakan waktu luangnya di sela-sela kesibukannya yang juga padat seperti saya. Dari kenyataan itu, saya jadi berpikir ulang. Bagaimana mereka bisa membuat waktu menjadi sangat efektif untuk dijalani, sehingga bisa melakukan hampir semua urusan yang harus dikerjakan tanpa mengurangi minat sedikitpun untuk selalu konsisten dalam berkarya.
Masih dari buku Oh My Goodness, saya jadi paham bahwa menjadi 'beda' itu memang penting. Memang tahap selanjutnya setelah kita memilih menjadi orang yang 'beda', orang akan menilai negatif, menjadi lain, dan akan dianggap aneh. Tapi kalau saya pikir, menjadi orang kreatif adalah saat kita mampu membuat sesuatu yang 'lain' dari apa yang sudah ada kebanyakan. Dan untuk itulah orang-orang yang ingin menjadi orang kreatif harus sedikit berpikir di luar kebiasaan. Karena tidak semua orang mampu berpikiran sejalan, bisa jadi tingkat akseptasi dari buah karya yang dihasilkan oleh seorang pekerja kreatif mendapatkan respon bermacam-macam dalam masyarakat.

Saat ini, saya sedang belajar bagaimana orang-orang (yang menurut saya) kreatif berkarya. Saya sedang membaca bukunya Andrea Hirata, Ayu Utami, Raditya Dika, dan beberapa penulis lain yang baru saja menerbitkan buku mereka. Dan sepertinya, karya Andrea Hirata layak untuk dijadikan pembelajaran. Satu hal yang juga layak dicontoh setelah saya membaca karya-karya Andrea Hirata, jika ingin menjadi orang kreatif, terutama di bidang tulis-menulis, kita hendaknya mau mengamati keadaan yang ada di sekeliling. Hal-hal yang oleh mata kebanyakan orang dianggap biasa saja, bisa jadi merupakan sumber inspirasi yang mampu membangkitkan semangat untuk terus menulis.

Terus terang saya agak kagum dengan Andrea Hirata. Memang sih, pada beberapa bagian tulisannya agak membosankan, di bagian yang lain ia bisa mendiskripsikan sesuatu secara filmis, di bagian lainnya lagi kerja editornya sangat acak-acakan, tapi secara umum, untuk tulisan-tulisan cerita edukatif inspiratif , namanya layak untuk dimasukkan dalam daftar. Ya sudahlah, daripada saya ngoceh ngalor ngidul, mending saya melanjutkan utang membaca buku-buku yang sampai saat ini belum terselesaikan.

PS: Membaca juga merupakan kerja kreatif. Dan menulis serta membaca merupakan saudara kembar, jadi musti dilakukan secara seimbang jika ingin menjadi pribadi kreatif secara total. OK, happy reading. ;=)

2 comments:

  1. Hehehe...bukunya yang banyak itu dipinjamkan padaku saja, biar aku baca. Nanti saya kembalikan...

    ReplyDelete
  2. @ Puguh : hehehe masih di Jakarta pak bukunya, mau dibawa pulang berat banget hehehe ;=)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...