Pada tanggal 06 November 1999, tiga orang Indonesia bernama Andrew Darwis, Ronald, dan Budi berhasil membuat situs forum komunitas maya yang diberi nama Kaskus. Berawal dari kasak-kusuk (asal nama forum ini), kaskus awalnya dibuat karena hobi dan berawal dari komunitas kecil di kalangan teman-teman mereka. Kini, kaskus merupakan komunitas maya terbesar di Indonesia, dengan anggota lebih dari 1.620.000 orang, tidak hanya tinggal di Indonesia tapi juga di mancanegara, berasal dari berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga orang dewasa.
Dan berawal dari kasak-kusuk juga, setelah lama tidak jalan-jalan saya ditawari oleh teman saya untuk sailing trip dari Mataram, Lombok ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Informasi ini dia peroleh juga dari kaskus. Setelah saya cek, dari segi waktu dan harga sepertinya sesuai dengan kantong saya yang bisa mengakomodasi trip kelas backpacker, maka saya mengiyakan saja ajakan tersebut. Waktu itu saya tidak tanya, siapa saja yang bakalan ikut sailing trip ini. Mengingat rute yang akan ditempuh cukup jauh, saya yakin yang ikut adalah manusia-manusia tahan banting juga. Dan saya juga mengira kalau yang ikutan kebanyakan adalah orang Indonesia.
Begitu sampai di meeting point daerah Senggigi, barulah saya nyadar. Yang senang dengan jenis traveling sail adventure kayak gini justru orang bule. Teman saya si Bambang tiba-tiba nyeletuk 'wah kok yang ikut bule semua ya, mana orang Indonesianya'. Karena kami pikir yang bakal ikutan trip adalah orang Indonesia juga, jadi tak perlu khawatir masalah semuanya. Eh ternyata bareng bule. Si Bambang udah jiper duluan karena gak bisa bahasa Inggris. Si Jefry milih melihat situasi daripada ikutan panik. Saya, wah senang sekali akhirnya bisa trip bareng bule. Mana di sini bulenya cantik-cantik, ganteng-ganteng, bersih, masih muda lagi (kelihatannya sih usianya gak jauh beda). Berbeda dengan bule yang ada di perahu saya, bule-bule di perahu sebelah udah tua-tua, gembrot, bulu-bulu di tubuhnya awut-awutan, hahaha, wah senangnya dapat perahu yang ini.
Jadi, setelah acara shock pertama tripnya bareng bule, si Bambang mau tidak mau mulai pasang aksi bete takut dicuekin. Tapi tenang saja, saya dan Jefry tak akan nyuekin teman sendiri. Kami akhirnya berangkat dari Senggigi ke Labuan Lombok memulai trip kita ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Beranggotakan 11 orang, kami serasa keluarga dari beragam bangsa. Unity in Diversity. Terdiri dari 3 orang Indonesia (saya, Jefry Hutapea, dan Bambang Dwi Sampurno), 4 orang Inggris (Jamie Hernon, Emily Thomas, Joe Heron, dan Dena Bembridge), 2 orang Perancis (Biebie dan May), dan 2 orang Kanada (Mitchell Jay dan Andre Bagel). Baru kali ini saya 'hidup' bareng orang asing dan belajar banyak tentang kebudayaan mereka termasuk bahasa, kebiasaan, sifat-sifat, dan mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang awalnya sangat asing atau hanya saya tahu dari buku, film, berita di televisi, dan surat kabar. Bagaimana tidak, kami akan ada di perahu ukuran 4 x 12 meter ini selama 4 hari bersama. Mengarungi laut dengan ombak yang tak terprediksi.
Untungnya, bule-bule di sini ramah-ramah. Mereka senang berbagi pengalaman dan pengetahuan. Tentang tempat-tempat yang pernah dikunjungi, tentang keadaan negeri masing-masing berikut pandangannya terhadap negara asal. Tentang makanan, tentang hobi, dan kesukaan dalam hidup. Dan yang paling membuat saya senang, mereka-mereka ini memiliki kebiasaan dan kesukaan yang hampir sama dengan saya yaitu sama-sama suka baca buku. Jenis buku yang dibaca pun tak jauh beda. Wah klop banget jadinya. Jadi, begitu malam datang, setelah acara makan malam, kita semua sibuk dengan dunianya masing-masing, tenggelam dalam dunia buku yang dibawa dari rumah. Acaranya membaca dan membaca. Semua sibuk membaca, kecuali dua setan sialan teman saya dari Jakarta (Benk dan Jefry) yang sudah siap ngorok begitu sudah tidak ada yang perlu dikerjakan. Paling banter, mereka berdua akan maen kartu remi sebagai pembunuh waktu.
Dan berawal dari kasak-kusuk juga, setelah lama tidak jalan-jalan saya ditawari oleh teman saya untuk sailing trip dari Mataram, Lombok ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Informasi ini dia peroleh juga dari kaskus. Setelah saya cek, dari segi waktu dan harga sepertinya sesuai dengan kantong saya yang bisa mengakomodasi trip kelas backpacker, maka saya mengiyakan saja ajakan tersebut. Waktu itu saya tidak tanya, siapa saja yang bakalan ikut sailing trip ini. Mengingat rute yang akan ditempuh cukup jauh, saya yakin yang ikut adalah manusia-manusia tahan banting juga. Dan saya juga mengira kalau yang ikutan kebanyakan adalah orang Indonesia.
Begitu sampai di meeting point daerah Senggigi, barulah saya nyadar. Yang senang dengan jenis traveling sail adventure kayak gini justru orang bule. Teman saya si Bambang tiba-tiba nyeletuk 'wah kok yang ikut bule semua ya, mana orang Indonesianya'. Karena kami pikir yang bakal ikutan trip adalah orang Indonesia juga, jadi tak perlu khawatir masalah semuanya. Eh ternyata bareng bule. Si Bambang udah jiper duluan karena gak bisa bahasa Inggris. Si Jefry milih melihat situasi daripada ikutan panik. Saya, wah senang sekali akhirnya bisa trip bareng bule. Mana di sini bulenya cantik-cantik, ganteng-ganteng, bersih, masih muda lagi (kelihatannya sih usianya gak jauh beda). Berbeda dengan bule yang ada di perahu saya, bule-bule di perahu sebelah udah tua-tua, gembrot, bulu-bulu di tubuhnya awut-awutan, hahaha, wah senangnya dapat perahu yang ini.
Jadi, setelah acara shock pertama tripnya bareng bule, si Bambang mau tidak mau mulai pasang aksi bete takut dicuekin. Tapi tenang saja, saya dan Jefry tak akan nyuekin teman sendiri. Kami akhirnya berangkat dari Senggigi ke Labuan Lombok memulai trip kita ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Beranggotakan 11 orang, kami serasa keluarga dari beragam bangsa. Unity in Diversity. Terdiri dari 3 orang Indonesia (saya, Jefry Hutapea, dan Bambang Dwi Sampurno), 4 orang Inggris (Jamie Hernon, Emily Thomas, Joe Heron, dan Dena Bembridge), 2 orang Perancis (Biebie dan May), dan 2 orang Kanada (Mitchell Jay dan Andre Bagel). Baru kali ini saya 'hidup' bareng orang asing dan belajar banyak tentang kebudayaan mereka termasuk bahasa, kebiasaan, sifat-sifat, dan mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang awalnya sangat asing atau hanya saya tahu dari buku, film, berita di televisi, dan surat kabar. Bagaimana tidak, kami akan ada di perahu ukuran 4 x 12 meter ini selama 4 hari bersama. Mengarungi laut dengan ombak yang tak terprediksi.
Untungnya, bule-bule di sini ramah-ramah. Mereka senang berbagi pengalaman dan pengetahuan. Tentang tempat-tempat yang pernah dikunjungi, tentang keadaan negeri masing-masing berikut pandangannya terhadap negara asal. Tentang makanan, tentang hobi, dan kesukaan dalam hidup. Dan yang paling membuat saya senang, mereka-mereka ini memiliki kebiasaan dan kesukaan yang hampir sama dengan saya yaitu sama-sama suka baca buku. Jenis buku yang dibaca pun tak jauh beda. Wah klop banget jadinya. Jadi, begitu malam datang, setelah acara makan malam, kita semua sibuk dengan dunianya masing-masing, tenggelam dalam dunia buku yang dibawa dari rumah. Acaranya membaca dan membaca. Semua sibuk membaca, kecuali dua setan sialan teman saya dari Jakarta (Benk dan Jefry) yang sudah siap ngorok begitu sudah tidak ada yang perlu dikerjakan. Paling banter, mereka berdua akan maen kartu remi sebagai pembunuh waktu.
Trip bareng bule kali ini juga terbilang unik, mengingat ini adalah pertama kalinya kita hidup bersama dalam ruang sempit perahu ketinting. Pertama soal makanan. Karena trip ini memang 'dijual' untuk pangsa pasar bule, maka tak heran jika semua-muanya hampir-hampir adalah untuk mengakomodasi kehidupan bule sehari-hari. Sebelum berangkat mbak-mbak operator trip ini bilang, lebih baik bawa bekal roti atau apa daripada nanti gak cocok makanannya, secara perjalanan ini jauh, bakalan ada di perahu terus, dan gak akan nemui warung kecuali sudah merepet di Labuan Bajo. Kalau bisa, nyetok air mineral juga karena air tawar yang disediakan juga sedikit. Kebiasaan yang sudah-sudah, bule-bule kampret itu suka makai air tawar buat bilasan. Si Bambang kembali jiper mendengar penjelasan tersebut. Dia yang orang Sunda mendadak bisa nyletuk dalam bahasa Jawa 'waduh, kalo tripnya bareng buleh sih gue gak masalah, tapi kalau menunya menu londo semua, wah bisa budhal kabeh isi wetengku'. Akhirnya, daripada salah langkah, kita beli beberapa bungkus roti, biskuit, dan air mineral. Yah, kok jadi rempong gini ya jadinya. Tapi karena tidak terlalu berat, akhirnya saya bawa kantong plastik penuh cemilan ini.
Ketika menjemput salah satu rombongan di daerah Lombok Timur pun , orang-orang pada beli perlengkapan lain, termasuk kartu remi, obat-obatan seperti obat flu, lotion anti nyamuk, antimo, dan tentu saja, beberapa kaleng bir bintang sebagai penghangat. Hohoho. Dan itu yang membuat saya agak kaget di perahu. Secara saya gak minum-minum begituan, melihat semua kru pada minum bir kayak minum air mineral saja jadi agak jiper juga. Yang saya agak kagumi adalah si Jamie bisa buka tutup botol bir dengan sandalnya. Seperti sebuah atraksi akrobatik, semua pada tercengang, bagaimana bisa dia melakukan itu dengan mudahnya. Yang lebih membuat saya shock (lebay mode on) adalah Emily yang katanya guru SD itu minum bir dari botol kayak minum cocacola saja. Gubrak. Guru SD minum bir. Kalau di Indonesia bisa dapat komentar macam-macam itu. Kalau saya sih ya sudah. Maksudnya, urusan minum bir kan urusan pribadinya. Dan itu dilakukan di luar dunia kerjanya kok. Lah, kalau dia minum-minumnya di dalam kelas itu baru musti mutilasi. Hehehe.
Kedua adalah kebiasaan dalam hal tidur. Cuaca ketika kita sailing trip berubah-ubah. Kadang-kadang cerah, sinar matahari menyapa hangat dibarengi angin sepoi-sepoi. Kadang-kadang hujan lebat disertai ombak yang bergelombang. Hidup mati sepertinya tergantung pada nahkoda perahu kita. Suhu pun berubah-ubah secara drastis. Siang panasnya minta ampun sampai-sampai kasur jadi lembab dan bau keringat. Jika malam, dinginnya sampai menusuk tulang. Saat jam tidur sudah mulai (jam berapa ya itu?), saya sudah siap makai pakaian lengkap. Karena suhunya duingin banget (pernah sampai mencapai suhu 18 derajat Celcius), saya pakai kaos plus jaket, training, dan selimut sampai menutupi ujung kaki. Untuk kepala saya pakai tudung kepala, itu pun muka musti ditutupin ke sela-sela tas karena emang duingin banget. Begitu sudah ngambil posisi nyaman, saya pun mulai tidur. Tapi, dinginnya malam bener-bener membuat kami agak kurang nyaman saat tidur. Saya tengok kanan kiri. Buset. Si bule-bule itu malah pada telanjang. Hampir semuanya tidurnya cuma pakai kolor doang. Kulitnya jadi berubah kemerahan semua seperti orang biduran. Hahaha. Sebelah kiri saya si Benk (wah pemandangan gak sedap ini) dan sebelah kanan saya si Dena (xixixixi yummy). Tapi kita hampir-hampir gak pernah saling menatap. Soalnya pada merem semua, lampu kalau malem dimatikan. Paling pol saya bisa menatap punggungnya (dan mereka-reka apa yang ada dibaliknya hehehe. Naughty).
Mungkin inilah momen yang bagi mereka agak aneh untuk orang Asia, khususnya Indonesia. Bagi kita mungkin tidur dengan pakaian lengkap sudah menjadi hal yang wajar, tapi bagi mereka tidur ya musti harus menanggalkan baju. At least pakai kolor doang. Kalau saya sih pada suhu segitu jelas gak kuat kalau musti shirtless pas tidur. Kalau di Jakarta dengan suhu yang puanas (di malam hari sekalipun) mungkin masih rasional saya gak pakai baju (cuma pakai sarung doang ternyata enak lho, sriwing-sriwing hehehe). Suatu pagi Emily bilang ke saya, bagi orang Inggris, suhu segini sudah termasuk hangat. What the hell? Ya Allah, berkatilah kami. Terima kasih karena tinggal di negeri yang disapa sinar matahari setiap hari.
Ketiga adalah masalah bladder problem. Karena tak biasa dengan suhu dingin terus-menerus, kami memang punya masalah dengan kemauan untuk pipis melulu. Mengingat akan sailing trip dalam waktu yang lama, setiap sore saya mencoba untuk mengatur agar pas malam tiba (dengan ombaknya yang gedhe itu), saya tidak merasa perlu untuk ke kamar mandi. Fyi, kalau mau ke kamar mandi musti merangkak melewati bule-bule yang lagi leyeh-leyeh, plus lampu mati, plus musti pegangan erat-erat biar gak jatuh. Udah gitu letak kamar mandinya ada di ujung buritan, kecil pula, dan ada di dek bawah. Menyiksa diri bener (lebih lengkapnya akan saya tulis di postingan tersendiri). Kalau masalah toilet-toiletan, paling sial si Beng. Saya sudah menyelesaikan 'tugas' saya pas sore. Jadi aman. Si Benk bilang 'kok gue belum ngrasa kudu buang air besar ya'. Dan begitu malam tiba (pukul 1 malem kalau gak salah), saat ombaknya gedhe banget, si Benk mulai terasa harus menjalankan 'tugas'nya. Baggooosss. Gak kebanyang Benk yang segede gajah musti merangkak di antara bule plus duduk di toilet 'setengah badan' dalam keadaan terguncang-guncang. Pasti asyik sekali. ;=)
Orang yang bangunnya paling pagi adalah si May, bule Perancis yang seksi itu. Jam 4 pagi dia sudah bangun buat pipis. Habis itu, setengah jam kemudian baru saya, karena harus sholat subuh. Lainnya karena memang berbeda agama (atau juga gak memeluk salah satu agama) ya bangunnya setelah matahari udah sepenggalah. Inilah mungkin yang sudah saya kenal dari kebiasaan bule saat saya trip ke Bali. Malamnya dugam-dugem, minum-minum, dan ngobrol-ngobrol sampai tipsy, habis itu molor sampai siang.
Yang paling menyenangkan dari trip dengan bule adalah orangnya sangat efektif dan on time. Mereka tidak berusaha mencampuri urusan orang lain. Tahu banget kapan waktunya bersosialisasi dan paham benar bahwa orang lain juga punya saat 'me time' dalam satu hari yang dijalaninya. Jadi, pas maen bareng ya kita haha hihi bareng, tapi begitu sibuk dengan dunianya sendiri seperti baca buku, menulis notes di catatan masing-masing, main-mainin laptop, ya masing-masing dari kita tidak berusaha untuk mencari tahu apa yang dilakukan apalagi sampai menginterupsi, yang bisa disangka mengusik kebebasan orang lain. Untungnya, semua orang di sini sudah 'tahu sama tahu'. Dan semua berjalan secara wajar. Keramahan disampaikan sesuai dengan porsinya. Bukan ramah rajin menjamah.
Kadang-kadang teman senasib seperjalanan seperti ini bisa menjadi lebih baik daripada sahabat atau saudara yang jauh. Karena hampir kemana-mana bareng, makan bareng, tidur bareng, hiking bareng, tracking bareng, waktu sailing trip yang cuma seminggu jadi tak terasa saat perahu kita merapat di dermaga Labuan Bajo karena kita musti berpisah untuk melanjutkan trip kita masing-masing. Yang paling membuat saya terngiang, pas mau balik ke Jakarta via pelabuan Sape, salah satu kru bilang bahwa kita dicariin sama bule-bule itu pas gathering malam sebelumnya di Gardena. Yah, karena itu malam terakhir kita di Labuan Bajo, gak asik dong kalau cuma makan-makan seafood di restoran. Kita punya agenda lain sendiri yang lebih asyik tentunya. Thawaf keliling kota, sambil mencicipi setiap lokasi 'asyik' di kota yang jadi gerbang masuknya Taman Nasional Komodo.
Trip sama bule jika dapatnya teman yang 'sehati' seperti ini memang mengasyikkan. Saya jadi ingin sekali trip atau tinggal di luar negeri untuk beberapa waktu. Yah, semoga kesampaian dalam hidup saya kelak. Makanya, gak ada salahnya kok belajar bahasa Inggris, maen-maen facebook atau twitter, atau kaskus. Ya siapa tahu juga, berawal dari kasak-kusuk di blog ini, tiba-tiba ada yang ngajak buat trip ke Eropa. Ngarep. Yayay ;=)
-makan apaan tuh di gambar ?
ReplyDelete-di eropa kan iklimnya subtropis, makanya butuh bir buat ngangetin badan
-berapa harga tiket sailing trip ?
dinnernya biasa aja, nasi, ayam kecap, salad, buah. minumnya yang agak macem-macem: air putih, teh, kopi, dan bir tentu saja. Murah kok, cuma 1,5jt. Ayo kapan gitu kita trip ke Wakatobi ;=)
ReplyDeleteasyik banget mas adie.....apalagi ada bule cantiknya hehehe
ReplyDeletesaragih :
ReplyDeletesatu setengah juta ?
alamak,mending buat hp...
doain aku jadi kepala kantor dulu,
entar aku traktir jalan2 ke wakatobi
amin... amin... ^^
@ Omiyan : unforgetable moment hehehe
ReplyDelete@ Isna : itu murah ya, untuk ukuran backpacker, harganya bisa lebih mahal klo perahunya phinisi. Chargenya bisa pakai euro. Lagian tripnya jauuuuhhh banget. Puas deh pokoknya. ;=)
A really fun journey with Bule, Yang belum pernah, liburan di Villa sekitaran Ubud ? =p
ReplyDeletemaybe next trip, I want to take a few days in Ubud, Bali. ;=)
ReplyDeleteAsik dan seru banget kayaknya. Aku suka dengan foto pertama, foto anda dengan sepasang bule berlatar belakang lautan...indah sekali! jadi mupeng,hehehe...
ReplyDeleteBtw, aku jg suka travelling,tp masih harus melihat anggaran, waktu dan etc.Kapan2 bsa ajak aku kalo mau jalan2,siapa tau aku bisa :),hahaha.
Oya, makasih sudah mampir dan kasih komen di blogku.
Salam kenal :)
Ps: jiper itu apa artinya?hehehehe ;)
@ Lisa : hehehe thanks a lot, klo mau travelling langsung aja teng go, gak usah mikir lama2, nanti malah gak jadi-jadi.
ReplyDeletejiper mean ill fill, gak enak hati, perasaan lemes tanda pasrah, etc. hehehe terjemahan bego2an dari saya ;=P