Suatu ketika diriku terdampar di padang yang luas
Kusaksikan banyak sekali manusia berkumpul
Menunggu panggilan
Aku sadar perjalanan yang kulakukan adalah sebuah penjelajahan panjang
Hanya mampir minum seteguk, dalam hari yang sudah mulai lupa kuhitung
Kusaksikan aneka rupa celupan manusia
Menanti jemputan yang belum juga datang
Mereka menari dan menanti, merayakan betapa telatnya Izroil menjemput
Segenap pesta digelar
Tak lupa tuak dan arak untuk hidangan
Sebagai upacara pembuka kenikmatan sebenarnya: berzina dengan sesama pengantri
Ada juga yang harap-harap cemas
Menghitung tasbih sambil komat-kamit berkirim sms kepada Tuhan
"Tuhan, taruh diriku di sisi-Mu"
Ada yang jungkir balik mencium debu
Membujuk Tuhan untuk mengganti rapalan mantra dan doanya dengan sejengkal surga
Lengkap dengan bidadarinya yang--konon--halal dizina
Aku juga bertanya-tanya ke mana perginya Israfil
Ribuan tahun baru berlalu dengan absen alunan terompetnya yang merdu
Tiba-tiba kudengar teriakan dan cacian dari para pengantri
Mereka minta air dan makanan untuk bekal
Karena bekal mereka telah habis tak bersisa
Arak dan tuak sudah habis dikandung badan
Zina juga sudah mulai terasa bosan, hingga kantuk menjelang
Karena hari sudah malam
Air dan makanan tak kunjung datang
Padang yang luas kelihatan gersang
Para pengantri pun kering kerontang
"Apakah ini jamuan yang Kau beri untuk umatmu, wahai Tuhanku", kata seorang pengantri yang duduk di sampingku, meratap kelaparan
"Kau suruh kami mengantri, tapi tak Kau bekali kami uang saku", kata seorang lagi, yang tadi habis berzina sambil sesekali meneguk tuak
Kepala suku pun mulai beraksi
Dia perintahkan orang-orang berpesta lagi
Merapal mantra, melantunkan doa
Membujuk hujan sembari menari seperti orang gila
Tiba-tiba saja hujan ada
Membasahi kami semua seolah membuatnya telanjang
Aku masih di padang yang sama
Menanti jemputan yang suatu saat akan datang
Ketika kuhikmati rintik hujan yang mulai reda
Kudengar ada anak kecil bergumam
"Ternyata Tuhan juga baru saja selesai berpesta"
Bung Adie, dalam tulisan Anda kali ini ada semacam "kegilaan-kegilaan" yang ada dalam pikiran manusia, misalnya kata "zina". Nah, apa makna kata itu di tulisan Anda ini...?
Seru Adiiieee... Pergumulan manusia tentang hidup memang sangat menarik untuk disimak dan tulisanmu mencuatkan kembali pesona yang menarik itu, bukan membangkitkan tapi menepuk bahu supaya sadar akan pesona tersebut, yang begitu sayang untuk dilewatkan hanya dengan sekedar zina, pesta, arak, tuak bahkan dengan rapal mantra dan tasbih sekalipun. . . .Thank you Bro, ^^
Memorabilia Maria
-
.: Tengara *Maria* 🍁🌿 :.
Saat masih SD, saya mengenal sosok *Bunda Maria* hanya dari figur yang
terdapat di altar dalam rumah kawan saya yang *Katolik*...
Bung Adie, dalam tulisan Anda kali ini ada semacam "kegilaan-kegilaan" yang ada dalam pikiran manusia, misalnya kata "zina". Nah, apa makna kata itu di tulisan Anda ini...?
ReplyDeleteSeru Adiiieee... Pergumulan manusia tentang hidup memang sangat menarik untuk disimak dan tulisanmu mencuatkan kembali pesona yang menarik itu, bukan membangkitkan tapi menepuk bahu supaya sadar akan pesona tersebut, yang begitu sayang untuk dilewatkan hanya dengan sekedar zina, pesta, arak, tuak bahkan dengan rapal mantra dan tasbih sekalipun. . . .Thank you Bro, ^^
ReplyDelete